Orlando, 2011. We are "Laskar Nusantara" (picture by: Afshan Javid,our friend from India)

Friday, March 8, 2013

Curhatan Anak HI: Episode Bertemu Hatta Rajasa

Jakarta, hari Minggu 3 Maret 2013 gue membuka perspektif baru ketika mengetahui kalau hasil survey bilang 80% anak muda Indonesia itu benci politik.

Bima Arya Sugiarto, dosen Ilmu Politik gue di Paramadina yang sekaligus ketua DPP PAN mengungkapkan hal tersebut pada acara soft launching MATARA (Matahari Nusantara), sebuah organisasi kepemudaan. Mas Bima, begitu gue dan temen-temen biasa menyapa beliau, memberi opening speech dengan menjelaskan betapa ironisnya ketika pemuda-pemuda di Indonesia mulai apatis dengan politik karena kecenderungan media yang sering menampilkan politik kotor dari para politisi salah arah itu (baca: koruptor). Dan gue juga sudah menyangka hal itu dan ternyata gue satu paham dengan mas Bima. Bahkan dalam salah satu buku yang gue baca, merupakan konsekuensi reformasi di mana kita keluar dari masa orde baru ke masa demokrasi dan yang sebelumnya kasus tindakan korupsi itu semacam "terlindungi". Reformasi mungkin belum menjanjikan apa apa ketika kegencaran media menimpa pemikiran masyarakat awam yang mungkin minim menganalisis bahwa sebenarnya reformasi ke era demokrasi itulah yang dibutuhkan rakyat. Membuat orang-orang merindukan keromantisan jaman orde baru kalau Denny Indrayana bilang dalam buku "Indonesia Optimis". Apalagi kita punya anak muda yang juga merupakan unsur demografi emas yang menjanjikan di masa depan di mana spot-spot penting di negeri ini ada di tangan mereka mulai apatis, pesimis bahkan menjadi sinis dengan kondisi politik di negeri ini. Dengan angka yang mencapai sekitar 80% ketika ditanya tentang politik di Indonesia dan mereka membenci itu, dapat dilihat bahwa kita tidak perlulah melulu prihatin dengan kondisi seperti ini. Saatnya kita bergerak. Bukan untuk mengubah paradigma itu, tapi untuk mulai menyalakan lilin lilin sehingga para anak muda itu tidak melulu mengutuk kegelapan dalam hal ini adalah cara pandang dan pemikiran mereka tentang politik di negeri penuh pulau insecure ini #eh.

Membaca berita, menonton televisi dengan kasus kasus korupsi dan sejenisnya semakin membuat paradigma itu terus menerus menguat dan kemungkinan besar akan mengakibatkan apatisme anak muda kian berlanjut dalam menanggapi politik di Indonesia. Dan di acara soft launching organisasi kepemudaan ini gue jadi sadar bahwa ini sudah saatnya kita melangkah untuk berkontribusi sebagai anak muda yang unggul. Anak muda yang nantinya akan menjadi kontributor pembuat nyata mimpi-mimpi rakyat Indonesia, the Indonesian Dream. Mas Bima juga bilang dengan pembentukan organisasi Matahari Nusantara ini, anak muda yang 20% itu akan semakin berkembang dan diberdayakan serta dicerahkan dengan segala pengkaderan penuh dari orang-orang yang mumpuni dalam bidangnya masing-masing. Mimpi anak muda yang mungkin sedikit mainstream ketika ditanya mereka banyak yang ingin jadi pengusaha, entrepreneur, CEO dan hal hal seperti itu saja tapi jarang sekali. sekali lagi jarang sekali dari mereka yang bercita-cita menjadi politisi hebat, bersih dan cerdas. Dan gue akan menjelaskan arti cerdas politis di episode berikutnya selama pemikiran gue ini terus berkembang. Kita butuh politisi muda yang mampu memberi contoh kepada anak muda dengan kapabilitasnya sehingga sanggup mengurangi prosentase apatisme dan sinisme akan politik dan membalik paradigma bahwa anak muda selalu menganggap politik di Indonesia itu yang jelek jelek saja. Mari bersama-sama berkontribusi.

Dan di acara soft launching tersebut turut hadir Menteri Koordinator Perekonomian Republik Indonesia, Bapak Hatta Rajasa. Udah beberapa tokoh besar negeri ini yang udah gue temui dan alhamdulillah bersalaman juga meski gue jarang berfoto-foto karena cukup dengan mendapat dan pernah dekat jaraknya dengan para tokoh terlebih berkesempatan bersalaman pun udah lumayan menginspirasi bagi gue. Jarak gue cukup dekat waktu pak Hatta memberi speech. Beliau menjadi menteri pertama yang gue temui dan jabat tangannya. Bangga. bukan karena apa, gue menjadi semakin semangat untuk mengikuti jejak beliau. Mengabdi menjadi menteri membantu menyelesaikan masalah-masalah yang terus menerus tereskalasi di jaman reformasi ini. Benar-benar kita butuh pemimpin yang tangguh dan tidak membuat pesimis anak muda kita, demografi emas bangsa di masa yang akan datang.
Berikut foto-foto yang gue ambil menggunakan kamera sederhana ponsel gue
Pak Hatta Rajasa is giving his speech. Gue di depannya pas

dari kiri, mas Bima Arya, pak Adhyaksa Dault, pak Hatta Rajasa, dan Yulia Rahman (dengan mic nya)


Gue Radiv Annaba dan itu pengalaman beserta perspektif gue. Mari bercita-cita dan wujudkan cita cita Indonesia :)

1 comment:

Friday, March 8, 2013

Curhatan Anak HI: Episode Bertemu Hatta Rajasa

Jakarta, hari Minggu 3 Maret 2013 gue membuka perspektif baru ketika mengetahui kalau hasil survey bilang 80% anak muda Indonesia itu benci politik.

Bima Arya Sugiarto, dosen Ilmu Politik gue di Paramadina yang sekaligus ketua DPP PAN mengungkapkan hal tersebut pada acara soft launching MATARA (Matahari Nusantara), sebuah organisasi kepemudaan. Mas Bima, begitu gue dan temen-temen biasa menyapa beliau, memberi opening speech dengan menjelaskan betapa ironisnya ketika pemuda-pemuda di Indonesia mulai apatis dengan politik karena kecenderungan media yang sering menampilkan politik kotor dari para politisi salah arah itu (baca: koruptor). Dan gue juga sudah menyangka hal itu dan ternyata gue satu paham dengan mas Bima. Bahkan dalam salah satu buku yang gue baca, merupakan konsekuensi reformasi di mana kita keluar dari masa orde baru ke masa demokrasi dan yang sebelumnya kasus tindakan korupsi itu semacam "terlindungi". Reformasi mungkin belum menjanjikan apa apa ketika kegencaran media menimpa pemikiran masyarakat awam yang mungkin minim menganalisis bahwa sebenarnya reformasi ke era demokrasi itulah yang dibutuhkan rakyat. Membuat orang-orang merindukan keromantisan jaman orde baru kalau Denny Indrayana bilang dalam buku "Indonesia Optimis". Apalagi kita punya anak muda yang juga merupakan unsur demografi emas yang menjanjikan di masa depan di mana spot-spot penting di negeri ini ada di tangan mereka mulai apatis, pesimis bahkan menjadi sinis dengan kondisi politik di negeri ini. Dengan angka yang mencapai sekitar 80% ketika ditanya tentang politik di Indonesia dan mereka membenci itu, dapat dilihat bahwa kita tidak perlulah melulu prihatin dengan kondisi seperti ini. Saatnya kita bergerak. Bukan untuk mengubah paradigma itu, tapi untuk mulai menyalakan lilin lilin sehingga para anak muda itu tidak melulu mengutuk kegelapan dalam hal ini adalah cara pandang dan pemikiran mereka tentang politik di negeri penuh pulau insecure ini #eh.

Membaca berita, menonton televisi dengan kasus kasus korupsi dan sejenisnya semakin membuat paradigma itu terus menerus menguat dan kemungkinan besar akan mengakibatkan apatisme anak muda kian berlanjut dalam menanggapi politik di Indonesia. Dan di acara soft launching organisasi kepemudaan ini gue jadi sadar bahwa ini sudah saatnya kita melangkah untuk berkontribusi sebagai anak muda yang unggul. Anak muda yang nantinya akan menjadi kontributor pembuat nyata mimpi-mimpi rakyat Indonesia, the Indonesian Dream. Mas Bima juga bilang dengan pembentukan organisasi Matahari Nusantara ini, anak muda yang 20% itu akan semakin berkembang dan diberdayakan serta dicerahkan dengan segala pengkaderan penuh dari orang-orang yang mumpuni dalam bidangnya masing-masing. Mimpi anak muda yang mungkin sedikit mainstream ketika ditanya mereka banyak yang ingin jadi pengusaha, entrepreneur, CEO dan hal hal seperti itu saja tapi jarang sekali. sekali lagi jarang sekali dari mereka yang bercita-cita menjadi politisi hebat, bersih dan cerdas. Dan gue akan menjelaskan arti cerdas politis di episode berikutnya selama pemikiran gue ini terus berkembang. Kita butuh politisi muda yang mampu memberi contoh kepada anak muda dengan kapabilitasnya sehingga sanggup mengurangi prosentase apatisme dan sinisme akan politik dan membalik paradigma bahwa anak muda selalu menganggap politik di Indonesia itu yang jelek jelek saja. Mari bersama-sama berkontribusi.

Dan di acara soft launching tersebut turut hadir Menteri Koordinator Perekonomian Republik Indonesia, Bapak Hatta Rajasa. Udah beberapa tokoh besar negeri ini yang udah gue temui dan alhamdulillah bersalaman juga meski gue jarang berfoto-foto karena cukup dengan mendapat dan pernah dekat jaraknya dengan para tokoh terlebih berkesempatan bersalaman pun udah lumayan menginspirasi bagi gue. Jarak gue cukup dekat waktu pak Hatta memberi speech. Beliau menjadi menteri pertama yang gue temui dan jabat tangannya. Bangga. bukan karena apa, gue menjadi semakin semangat untuk mengikuti jejak beliau. Mengabdi menjadi menteri membantu menyelesaikan masalah-masalah yang terus menerus tereskalasi di jaman reformasi ini. Benar-benar kita butuh pemimpin yang tangguh dan tidak membuat pesimis anak muda kita, demografi emas bangsa di masa yang akan datang.
Berikut foto-foto yang gue ambil menggunakan kamera sederhana ponsel gue
Pak Hatta Rajasa is giving his speech. Gue di depannya pas

dari kiri, mas Bima Arya, pak Adhyaksa Dault, pak Hatta Rajasa, dan Yulia Rahman (dengan mic nya)


Gue Radiv Annaba dan itu pengalaman beserta perspektif gue. Mari bercita-cita dan wujudkan cita cita Indonesia :)

1 comment: