Orlando, 2011. We are "Laskar Nusantara" (picture by: Afshan Javid,our friend from India)

Thursday, January 8, 2015

Sepenggal Kisah Dari Sudut Kota Mataram

Mataram, beragam. Begitu besar rasa sukur yang harus kita panjatkan kepada Tuhan karena memberikan tanah air Indonesia yang begitu kaya. Benar-benar kaya dalam berbagai aspek. Dalam Alam, dan dalam manusianya. 5 Agustus 2014 tepat beberapa minggu setelah lebaran dan bertepatan pula libur panjang dari perkuliahan, saya memutuskan untuk "backpacking" sendirian dengan rute Jawa-Bali-Lombok-Sumbawa. Dengan restu orang tua, sekaligus diantar ayah dan ibu ke terminal Tawang Alun Jember (kampung halaman saya) saya memulai perjalanan menuju pulau Dewata, Bali. Selalu senang tiap kali mengunjungi Bali. Suasana tradisi Hindu yang begitu kental mampu menyadarkan kita betapa kaya bangsa ini dengan budaya lokalnya. Pantas saja Bali masih selalu menjadi destinasi utama wisatawan lokal dan luar negeri karena keindahannya yang komplit. 

Selama dua hari saya berada di Bali, menumpang ke sana kemari, berpindah angkutan umum ini dan angkutan umum yang itu mengantarkan saya ke tujuan selanjutnya yaitu Pelabuhan Padang Bai untuk kemudian menaiki kapal Ferry selama 4 jam menuju pulau Lombok. Dalam perjalanan menuju pelabuhan Padang Bai saya bertemu dengan dua orang backpacker dari Polandia yang selama perjalanan asik mengobrol dengan saya tentang Indonesia. Lumayanlah bisa berbagi informasi dengan sesama petualang. 

Akhirnya sekitar pukul 15.00 WITA saya resmi masuk kapal Ferry dan berharap-harap cemas, senang, penasaran, bisa menyeberangi salah satu selat dengan ombak besar di Indonesia dengan durasi perjalanan yang lama pula. Saya mencari-cari kursi untuk duduk di kapal dan menaruh tas keril 60 liter saya. Seorang bapak menawari saya tempat duduk dan akhirnya saya memutuskan duduk bersama dua orang bapak-bapak dan bergabung dengan obrolan hangat yang sedang berlangsung. Akhirnya kami berkenalan. Bapak yang satu bernama pak Brata, orang asli Bali namun bekerja dan tinggal di Mataram, Lombok. Yang satu lagi bernama pak Imam, orang asli Lombok namun bekerja di Bali dan sedang pulang kampung di Lombok. Dari sini saya terharu dan takjub, ada dua orang dengan budaya dan asal yang berbeda saling bepergian dan menarik melihat asal dan tempat mereka bekerja. Itulah Indonesia, yaitu suku-suku yang saling bertemu dan berpindah di berbagai tempat di nusantara. 

Obrolan yang berlangsung pun cukup menarik baik tentang budaya di Lombok dan Bali, tentang politik, bahkan tentang rektor saya yang santer diisukan jadi menteri pun juga kita bahas dan mereka berdua tau. Hingga pada akhirnya mereka juga tau tujuan saya dalam perjalanan ini untuk mengunjungi lombok, sumbawa dan diakhiri dengan mengibarkan bendera merah putih 17 Agustus di puncak Rinjani, Lombok. Pak Brata menawarkan kepada saya untuk bermalam di rumahnya karena ketika tiba di Lombok, hari sudah gelap dan akan susah untuk mencari angkutan ke Gili Trawangan. Maka langsung saya terima tawaran itu. Lalu saya bersama pak Brata naik angkutan ke Mataram dan kita berpisah dengan pak Imam yang melanjutkan perjalanan ke Lombok Timur. Kita sudah saling bertukar kontak untuk menjaga tali silaturahmi.

Rumah pak Brata berada di pinggiran kota Mataram. Dia mempunyai bengkel di dekat rumahnya di pinggir jalan raya. Kami sampai di rumah pak Brata menjelang Isya. Banyak anjing berkeliaran dan cukup berisik karena tau kita sedang berjalan menuju rumah pak Brata. Kami di sambut oleh anjing-anjing di kampung tersebut. Melihat kondisi kampung tempat tinggal pak Brata, ada hal yang menarik yaitu kampung ini terdiri komunitas Muslim dan pemeluk Hindu dan rumah mereka berjajar dan berdampingan. Satu rumah muslim, sebelahnya rumah pemeluk Hindu dengan pura di halaman depan rumahnya. Lalu terdapat surau untuk orang Islam melakukan ibadah salat. Saya bermalam di teras depan rumah pak Brata. Sudah cukup bagi petualang seperti saya. Kami menghabiskan malam dengan berbincang bersama Pak Brata, Istri dan anak sulungnya yang kuliah di Universitas Mataram. Keluarga pak Brata pemeluk agama Hindu, namun di Mataram, Islam dan Hindu hidup berdampingan dan rukun. Seperti yang pak Brata bilang, di masjid kampungnya, pada saat itu hari jumat dan bertepatan dengan hari raya nyepi. Maka ketika biasanya umat muslim melakukan salat jumat dengan suara nyaring speaker masjid untuk menyiarkan khutbah, pada hari jumat yang bertepatan dengan hari raya nyepi itu masjid tidak mengeraskan suara speakernya untuk menghormati umat Hindu yang sedang merayakan nyepi. Keesokan hari, di pagi hari, pak Brata mengantarkan anaknya yang bungsu pergi sekolah. Pada saat itu hari jumat dan si bungsu mengenakan pakaian adat hindu. Kata pak Brata tiap hari jumat sekolah dasar di Mataram muridnya mengenakan pakaian adat. Yang Hindu mengenakan busana adat Hindu, yang Muslim mengenakan baju muslim.

Sungguh perjalanan saya cukup menyadarkan saya betapa kaya Indonesia dengan keberagaman kekayaan dan keberagamaan kebudayaan yang dimilikinya. Pada momen itu, saya yakin, bahwa nilai pluralisme yang menjadi karakter Indonesia yang semestinya, mampu secara akar rumput diterapkan di berbagai daerah di Indonesia seperti di Mataram, di kampung pak Brata di mana Islam dan Hindu sangat rukun dalam menjalani kehidupannya masing-masing. Bertolakbelakang dengan apa yang terjadi di daerah lain di Indonesia bahkan di Jakarta yang masih sering terjadi kebencian di antara umat beragama. Saya optimis, kedepannya Indonesia mampu menjadi bangsa plural yang memahami arti perbedaan dan keberagaman demi kesatuan NKRI. Hidup bangsa Indonesia! 

Friday, March 8, 2013

Curhatan Anak HI: Episode "Pemimpin Impian Rakyat"

"If you want to change the party, lead it. If you want to change the country, lead it"

quotes itu gue dapet dari film Iron Lady di mana tokoh Airey Neave yang merupakan anggota partai konservatif memberi motivasi kepada Margaret untuk berani maju di pemilihan perdana Menteri. Sosok Margaret Thatcher di sini sangat menginspirasi. Dia seorang pemimpin yang decisive, cepat merespon. Margaret percaya bahwa kebanyakan orang pada zaman itu mengutamakan perasaan dan perasaan. People often ask "How are you feeling" dan Margaret percaya bahwa dia percaya dengan pikiran (thoughts) dan gagasan adalah yang penting karena semua hal terjadi semua impian terwujud pertama karena kita memikirkan itu dan membuat itu menjadi nyata.

Setuju dengan Margaret Thatcher yang pada saat itu memimpin Inggris selama 11,5 tahun dengan mengakhiri karirnya sebagai Perdana Menteri Inggris secara mengundurkan diri karena waktu itu Margaret kehilangan pendukungnya dalam partai sendiri. Margaret masih dengan sifat kepemimpinan yang kuat dan decisive memutuskan untuk mundur daripada maju kembali pada pemilu itu. Salah seorang tokoh yang menginspirasi dan menjadi kiblat buat para pemimpin. Pedoman untuk terinspirasi dan terjiwai untuk menjadi pemimpin suatu negara, pemimpin dalam merengkuh tujuan-tujuan tercapainya cita-cita.

Waktu pun sudah menunjukkan pukul 3.33 dini hari di hari sabtu tanggal 9 Maret 2013 dan gue masih nulis. Ditemani coke zero, crackers Ritz dan laptop jadul Acer aspire 4315 yang selalu setia menemani gue menulis. Menuliskan buah pikiran gue sehingga menjadi manfaat dan menjadi media pembelajaran bagi gue untuk terus semangat dalam menulis karena siapa tau suatu saat gue jadi salah satu penulis hebat dengan penjualan yang hebat pula dan pastinya dan yang paling utama ialah memberi kontribusi yang hebat untuk masyarakat lewat karya-karya gue. aamiin. Impian harus terus selalu diperjuangkan, bukan? serbuk sari tak akan menjadi madu tanpa lebah. Begitu pula mimpi, tak akan bisa terwujud tanpa adanya perjuangan yang terus diperjuangkan.

Ngobrol masalah pemimpin, dalam mewujudkan mimpi-mimpi pun sebenarnya juga bergantung gimana kita memimpin diri kita sendiri untuk terus berjuang memperjuangkan mimpi supaya terwujud. Iya kan? Jadi pemimpin harus punya cita-cita. Di tahun 2013 di mana ini saat-saat para politisi politisi kita saling bertarung di tahun politik. Berusaha merebut perhatian rakyat akan bagaimana kelanjutan nasib negara ini pada saat pergantian pemimpin tahun depan. Di luar pertarungan-pertarungan politik itu, rakyat memimpikan seorang pemimpin impian mereka. Tulisan gue ini juga bermula pada saat dua hari lalu gue baca koran Kompas yang telah melakukan survei kepada masyarakat tentang pemimpin seperti apa yang menjadi pemimpin impian mereka. Ketika gue baca hasil surveinya gue semacam terharu ketika sebagian besar rakyat kita memimpikan pemimpin yang jujur. Dalam hati gue timbul pertanyaan "separah inikah kekronisan kejujuran di negeri ini?" Akankah kekritisan kejujuran ini akan berlanjut di tahun depan dan di masa yang akan datang?

Dari situ bermula gue berpikir bahwa kita ngga hanya butuh pemimpin yang berwibawa dan pintar atau pun karismatik. Dari sini gue berpikir bahwa sudah saatnya impian masyarakat ini dicapai dengan munculnya sesosok pemimpin yang memiliki dua tipe kecerdasan. Apa yang gue maksud dengan dua tipe kecerdasan ini? dua kecerdasan itu adalah kecerdasan otak dan kecerdasan etika. Banyak aspek pemimpin tapi namanya manusia bukan ciptaan yang komplit dan harus memiliki segala aspek leadership yang dibutuhkan masyarakat. Dan di sinilah muncul pemikiran gue tentang pemimpin yang cerdas otak dan cerdas etika.

Kecerdasaan otak diperlukan oleh pemimpin negara karena akan banyak ide-ide dan buah pemikiran yang dibutuhkan untuk kelangsungan negara dan rakyatnya. Dalam hal menentukan kebijakan untuk rakyat misalnya. Pemimpin cerdas akan tahu momentum dan kecerdasaan otak memicunya untuk bersikap decisive sehingga kecerdasaan otak itu tak sia sia dan dampak kebijakan akan dirasakan oleh rakyat. Maraknya kasus korupsi membuat gue memunculkan suatu kesimpulan bahwa mereka yang melakukan hal keji seperti itu adalah orang yang memang memiliki kecerdasan otak tapi kurang cerdas etika. Kecerdasan otak diperlukan dan harus diseimbangkan dengan kecerdasan etika sehingga bisa mengontrol efek samping kecerdasaan otak dan kecenderungan untuk mendapat lebih dan rakus seperti para koruptor sehingga mengabaikan tindak tanduk etika dan seakan-akan melupakan kesengsaraan rakyat yang masih melanda rakyat di mana-mana. Pemimpin yang jujur akan hadir ketika dia memiliki suatu bentuk kecerdasan etika. Dia tahu bagaimana mengontrol kecerdasan otaknya dengan beretika. Sebenarnya simpel ya nasihat buat koruptor itu. Jangan mencuri. itu saja. Anak kecil saja patuh untuk tidak mencuri ketika dinasehati. Tapi kenapa koruptor tetap saja ada meski hukum berlaku yang bisa menjerat mereka. Benar-benar kecerdasaan etika yang tidak mereka miliki. Ironis.

Di samping hal itu semua gue tetep optimis kalau tahun depan pemimpin yang baru mampu membawa perubahan dan membendung efek efek samping demokrasi dan reformasi sehingga paradigma rakyat yang buruk tentang pemerintahan akan tereduksi sehingga bertransformasi menjadi optimisme kolektif untuk kemajuan kolektif. Kemajuan Indonesia Raya. Jangan hanya membuat rakyat terus mengimpikan sosok pemimpin impian mereka. Rakyat Indonesia akan memiliki sosok impian mereka. Gue yakin.

Sekali lagi nama gue Radiv Annaba dan ini perspektif gue. Terus selalu berkontribusi ya, wahai warga negara Indonesia. Kita bisa kok!


Curhatan Anak HI: Episode Bertemu Hatta Rajasa

Jakarta, hari Minggu 3 Maret 2013 gue membuka perspektif baru ketika mengetahui kalau hasil survey bilang 80% anak muda Indonesia itu benci politik.

Bima Arya Sugiarto, dosen Ilmu Politik gue di Paramadina yang sekaligus ketua DPP PAN mengungkapkan hal tersebut pada acara soft launching MATARA (Matahari Nusantara), sebuah organisasi kepemudaan. Mas Bima, begitu gue dan temen-temen biasa menyapa beliau, memberi opening speech dengan menjelaskan betapa ironisnya ketika pemuda-pemuda di Indonesia mulai apatis dengan politik karena kecenderungan media yang sering menampilkan politik kotor dari para politisi salah arah itu (baca: koruptor). Dan gue juga sudah menyangka hal itu dan ternyata gue satu paham dengan mas Bima. Bahkan dalam salah satu buku yang gue baca, merupakan konsekuensi reformasi di mana kita keluar dari masa orde baru ke masa demokrasi dan yang sebelumnya kasus tindakan korupsi itu semacam "terlindungi". Reformasi mungkin belum menjanjikan apa apa ketika kegencaran media menimpa pemikiran masyarakat awam yang mungkin minim menganalisis bahwa sebenarnya reformasi ke era demokrasi itulah yang dibutuhkan rakyat. Membuat orang-orang merindukan keromantisan jaman orde baru kalau Denny Indrayana bilang dalam buku "Indonesia Optimis". Apalagi kita punya anak muda yang juga merupakan unsur demografi emas yang menjanjikan di masa depan di mana spot-spot penting di negeri ini ada di tangan mereka mulai apatis, pesimis bahkan menjadi sinis dengan kondisi politik di negeri ini. Dengan angka yang mencapai sekitar 80% ketika ditanya tentang politik di Indonesia dan mereka membenci itu, dapat dilihat bahwa kita tidak perlulah melulu prihatin dengan kondisi seperti ini. Saatnya kita bergerak. Bukan untuk mengubah paradigma itu, tapi untuk mulai menyalakan lilin lilin sehingga para anak muda itu tidak melulu mengutuk kegelapan dalam hal ini adalah cara pandang dan pemikiran mereka tentang politik di negeri penuh pulau insecure ini #eh.

Membaca berita, menonton televisi dengan kasus kasus korupsi dan sejenisnya semakin membuat paradigma itu terus menerus menguat dan kemungkinan besar akan mengakibatkan apatisme anak muda kian berlanjut dalam menanggapi politik di Indonesia. Dan di acara soft launching organisasi kepemudaan ini gue jadi sadar bahwa ini sudah saatnya kita melangkah untuk berkontribusi sebagai anak muda yang unggul. Anak muda yang nantinya akan menjadi kontributor pembuat nyata mimpi-mimpi rakyat Indonesia, the Indonesian Dream. Mas Bima juga bilang dengan pembentukan organisasi Matahari Nusantara ini, anak muda yang 20% itu akan semakin berkembang dan diberdayakan serta dicerahkan dengan segala pengkaderan penuh dari orang-orang yang mumpuni dalam bidangnya masing-masing. Mimpi anak muda yang mungkin sedikit mainstream ketika ditanya mereka banyak yang ingin jadi pengusaha, entrepreneur, CEO dan hal hal seperti itu saja tapi jarang sekali. sekali lagi jarang sekali dari mereka yang bercita-cita menjadi politisi hebat, bersih dan cerdas. Dan gue akan menjelaskan arti cerdas politis di episode berikutnya selama pemikiran gue ini terus berkembang. Kita butuh politisi muda yang mampu memberi contoh kepada anak muda dengan kapabilitasnya sehingga sanggup mengurangi prosentase apatisme dan sinisme akan politik dan membalik paradigma bahwa anak muda selalu menganggap politik di Indonesia itu yang jelek jelek saja. Mari bersama-sama berkontribusi.

Dan di acara soft launching tersebut turut hadir Menteri Koordinator Perekonomian Republik Indonesia, Bapak Hatta Rajasa. Udah beberapa tokoh besar negeri ini yang udah gue temui dan alhamdulillah bersalaman juga meski gue jarang berfoto-foto karena cukup dengan mendapat dan pernah dekat jaraknya dengan para tokoh terlebih berkesempatan bersalaman pun udah lumayan menginspirasi bagi gue. Jarak gue cukup dekat waktu pak Hatta memberi speech. Beliau menjadi menteri pertama yang gue temui dan jabat tangannya. Bangga. bukan karena apa, gue menjadi semakin semangat untuk mengikuti jejak beliau. Mengabdi menjadi menteri membantu menyelesaikan masalah-masalah yang terus menerus tereskalasi di jaman reformasi ini. Benar-benar kita butuh pemimpin yang tangguh dan tidak membuat pesimis anak muda kita, demografi emas bangsa di masa yang akan datang.
Berikut foto-foto yang gue ambil menggunakan kamera sederhana ponsel gue
Pak Hatta Rajasa is giving his speech. Gue di depannya pas

dari kiri, mas Bima Arya, pak Adhyaksa Dault, pak Hatta Rajasa, dan Yulia Rahman (dengan mic nya)


Gue Radiv Annaba dan itu pengalaman beserta perspektif gue. Mari bercita-cita dan wujudkan cita cita Indonesia :)

Friday, March 1, 2013

Curhatan Anak HI: Episode "Tembok Imajiner"

Gue nyadar kalau kita sebagai mahasiswa udah saatnya adaptasi dengan pola dan cara belajar. Cara belajar yang didominasi oleh metode hafalan. Hafalan dan hafalan. Udah saatnya di dunia perkuliahan dan perkampusan kita beradaptasi. udah bukan jamannya lagi yang namanya hafalan catatan saat mau kuis. Benar bukan? This is not high school anymore. Karena cara yang seperti itu memang mungkin ngga akan menghalangi lo buat dapet IP bagus. Cuman menurut gue itu udah ngga "kompatibel" dengan dunia perkuliahan. Ibarat teknologi penyimpanan data nih, udah saatnya kita "move on" dari disket ke flashdrive. Sama halnya dengan cara belajar kita. Intinya menyesuaikan supaya kompatibel sehingga pencapaian kita dalam berporses bisa maksimal. Ya nggak sih?

Kuliah itu, khususnya di jurusan Hubungan Internasional nih, baca buku itu fundamental karena ketika di kelas, dalam proses perkuliahan, mahasiswa dituntut untuk kritis. Karena dengan begitu setidaknya mereka telah melalui proses berpikir aktif dan "engage" dengan materi perkuliahan itu. Namun, ada namunnya nih, hehe. Namun kritis itu nggak hanya asal ceplas ceplos aja kalo orang Jawa bilang. Kritis itu bukan mereka yang selalu "always be the one" ngejawab dan nanya ini itu ke dosen. Menurut gue, kritis adalah mereka yang selalu membaca dan memperluas pengetahuannya lalu bertanya dan menjawab di kelas dengan pemikiran yang tersampaikan secara terstruktur dan berkualitas. Sekali lagi itu terjadi karena dia membaca. membaca dan membaca. Iqra :)

So basically, jangan dibiasakan melakukan hal-hal kritis tapi dangkal substansinya. Dan sejauh pengamatan gue, itu terjadi karena cara belajar mereka yang ngga kompatibel. Yang hanya peduli bagaimana dapet IP tinggi buat dirinya. Buat gue pribadi, cara yang seperti itu yang gue hindari. Itu bahkan bisa buat guer hanya peduli gimana IP gue bagus dan mentok sampe di situ. IP bagus itu penting. Penting banget dan ga perlu munafik lah. Tapi, gue ngga mau jadi seperti mereka yang pragmatis dengan IP (dengan cara belajar yang ngga kompatibel ya) tapi jadi apatis dengan hal-hal lain.

Apakah hal-hal lain yang dimaksud itu?

Hal-hal lain yang gue maksud di sini adalah "something" di luar ke-pragmatis-an itu di mana gue pada akhirnya menemukan banyak hal di dunia kampus yang sangat potensial bisa membantu gue berkembang sebagai mahasiswa. Kalo kata motivator sih mereka sebut dengan "soft skill". Soft skill itu bisa seperti giman kita membawa diri kita. Gimana kita mengaktualisasikan di dunia nyata bagaimana diri kita berhadapan dengan lingkungan. Seperti gimana kita dalam bersosialisasi dan berinteraksi dengan masyarakat civitas academica. Nah dari sini gue mau berbagi sama kalian dengan ngejelasin ke kalian kenapa mahasiswa yang seperti gue sebut di awal itu nggak kompatibel meskipun tetep lo bisa ngedapetin IP bagus dengan cara seperti itu. Suatu cara dan pola belajar di man mereka sangat gencar menghafal catatan atau apalah sehingga menutup "mata" mereka dengan lingkungan luar. Itu poin pertama. Kedua, menurut pengamatan gue sejauh ini, akan timbul kecenderungan di mana mereka merasa sedang berada di sebuah kompetisi di mana ketika IP mereka berada di atas dalam artian lebih bagus dari orang yang masuk dalam kompetisi mereka sendiri akan timbul perasaan puas dan merasa telah mengalahkan orang itu. Dan kecenderungan lebih lanjutnya lagi, akan timbul sikap takabur (habis dengerin khutbah jumat jadi pake terminologi takabur.hehe) ketika mereka secara jelas menertawakan orang yang IP nya di bawah dia. Ditambah dengan ekspresi yang sumringah kalau orang jawa bilang. Dan hal kaya gini yang gue saranin buat lo hindari di dunia perkuliahan men.

Lalu apa hubungannya dengan soft skill yang gue bilang tadi?

Kalo dengan arti soft skill yang gue bilang tadi, ketika orang-orang yang memakai cara yang tidak kompatibel itu, mereka bakal kesulitan untuk "mingle" (berbaur) dengan yang lain karena cara belajar mereka itu menuntut mereka untuk ngedapetin IP bagus dan semacem mengabaikan "hal-hal lain" itu tadi. Yang mereka peduli adalah sebuah "kompetisi IP" yang mereka buat dalam alam bawah sadar mereka. Mereka susah berbaur dan nyambung begitu juga dengan orang lain yang susah berbaur karena sikap mereka sendiri yang seakan-akan membangun "tembok imajiner". Dan faktanya memang begitu. Contoh real-nya ya misalnya, susah cari cari temen kalau dosen ngasih tugas berkelompok. Lalu susah bagaimana bekerjasama sehingga kooperatif dengan teman satu kelompoknya. Kalau udah gitu, susah kan dapet IP bagus? salah siapa coba?hehe. Yang mereka lakukan adalah dengan bergabung dengan teman kelompok yang mudah "mingle" deh ujung-ujungnya. Jadi bergantung kan? tapi tetep aja ajeg dengan kepragmatisan dan kompetisi IP mereka.

Jadi kalian sendiri yang memilih gimana cara yang pas dan kompatibel sama lo buat menghadapi dunia perkuliahan ini. Gue cuma ngejelasin apa yang gue liat melalui pengamatan gue bro. Kalo saran gue nih bro, kejar IP tapi dengan cara yang kompatibel bro. Tetep berbaur dan gaul. cara lo berbaur itu penting. Toh kita ini makhluk sosial kan? Lalu gue ingetin (sekalian ngingetin gue juga nih bro) buar sering-sering baca. Jadikan membaca itu sebuah kebiasaan (habit) karena dengan begitu ketika lo kritis, kekritisan itu substantif dan ngga dangkal bro. Soft skill itu penting kan? hehe have fun you guys dan tetep disukuri ya bisa kuliah. Ini demokrasi jadi suka suka kalian kalau mau mencela tulisan gue ini :) terima kasih :)
(maap kebanyakan emot gue emang alay sih :p)

Wednesday, January 9, 2013

Mengejar Pesawat di Minneapolis (episode 2)

Delta Airlines- maskapai yang saya gunakan dari Portland-Minneapolis-Orlando


Waktu itu saya berlari sambil merem, membayangkan saya bisa berlari secepat sonic. Di bandara Minneapolis ada semacam lintasan yang bergerak sehingga mempercepat laju para pengunjung bandara yang sedang terburu-buru seperti saya. Oiya, saya kebelet pipis. Tapi kecepatan berlari saya tidak bertambah. Semua terasa samar-samar. Takut dan cemas karena memikirkan pesawat ini sudah terbang atau belum ke Orlando yang katanya panas itu. Dincing kaca besar itu menampakkan pemandangan bandara yang putih bersalju belum cair karena hukum fisika. Saya terus berlari di daratan mengejar sesuatu yang akan terbang.

Petugas bandara berseragam biru tampak berdiri di gate yang saya tuju. Saya bertanya apakah sudah terbang pesawatnya. "Is the flight to Orlando gone already?" "No, the passengers are still boarding, son". Saya melihat ke arah gate itu. Mereka masih boarding. Sukur alhamdulillah saya tidak ditinggal terbang oleh burung besi canggih Amerika ini. Saya langsung mengantri bersama penumpang lain. Mengantri di antrian kelas ekonomi tentunya. Tapi pikir saya mengantri apapun meski kelas ekonomi kalau ini pesawat, masih membanggakan buat saya. Terlebih saya mendapatkan trip ini secara gratis karena jerih payah dan sentuhan keberuntungan. Saya tak akan mengulangi tragedi salah tempat duduk ketika perjalanan pesawat dari Portland ke Minneapolis :p (norak ya :p)
Peta bandara Minneapolis. jadi saya dari ujung kanan bawah sampe kiri atas.. Berlari terkencing-kencing #eh

Ternyata seat saya berada di antara seorang pasangan suami istri. Jadi saya di tengah-tengah mereka. Jadi suaminya di sebelah kiri (isle seat) dan istrinya di sebelah kanan saya (window seat). I know this is awkward moment dan pasangan itu menyadari dan memilih untuk menawarkan saya posisi tempat duduk istrinya. Dan untuk kedua kalinya dalam penerbangan saya menuju Orlando saya mendapatkan window seat sehingga saya bisa memandang daratan yang terlihat kecil itu tertutup salju memutih jalan #tsaaaaah.

Perjalanan dari Minneapolis ke Orlando dengan pesawat Delta airlines ini memakan waktu sekitar 3 jam. Selama di pesawat saya sesekali dua kali nonton program-program tv yang ada di layar kecil di depan saya dan tentunya sambil memandang daratan kecil di bawah yang perlahan-lahan membesar tandanya Orlando sudah dekat.

untuk membaca lebih lanjut, ini link untuk artikel saya tentang general acara konferensi 5 hari yang saya hadiri di Walt Disney World, Orlando, Florida

http://radiv-annaba.blogspot.com/2011/03/6-indonesians-rock-disney-world-florida.html

link di atas adalah reportase keseluruhan acara yang saya lakukan. untuk rinci dan pengalaman unik lainnya akan saya tulis dalam beberapa hari ke depan.

Selamat membaca :)

@radivannaba


Sunday, January 6, 2013

Pemikiran Radiv


Peradaban, Tauhid dan Fenomena Antipluralisme
By Radiv Annaba

            Dunia begitu dinamis karena manusia berpikir dan bertindak. Segala pemikiran yang dilakukan manusia, pemikiran itu berkembang dari waktu ke waktu karena manusia juga berkembang dan lingkungan lambat laun membuat manusia belajar. Pemikiran-pemikiran juga berbuah ide-ide atau gagasan-gagasan besar yang jika diaplikasikan akan menghasilkan faedah yang besar pula. Penemu-penemu di masa lalu telah membuktikan jika pemikiran atau ide-ide dan penemuan jika diaplikasikan akan sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia itu sendiri. Jadi di sinilah kita bisa mulai berpikir untuk mendefinisikan apa makna peradaban itu sendiri. Dari segi manusia, peradabaan adalah di mana pemikiran-pemikiran manusia berkembang dan menciptakan perubahan baru di suatu era dan ke era selanjutnya.
 Mulai dari zaman ketika manusia menggunakan batu tajam untuk berburu kemudian masuk ke era di mana manusia mulai berbudaya bercocok tanam untuk hidup hingga segala kecanggihan teknologi jaman sekarang di mana manusia bisa mendapatkan pemasukan hanya dengan duduk di depan layar komputer. Dan dari segi non-manusia, atau lingkungan, terjadi perubahan-perubahan signifikan di lingkungan karena buah dari pemikiran dan ide-ide manusia yang merubah segalanya sehingga berdampak ke lingkungan. Pemanasan global, perubahan iklim, kenaikan permukaan air laut menjadi fenomena lingkungan yang merupakan buah dari apa yang telah diperbuat manusia karena perkembangannya itu.  Inilah peradaban.
            Dunia Islam juga tak kalah berperan dalam peradabaan di dunia ini. Tokoh-tokoh Islam seperti Ibnu Sina dan lainnya itu cukup membuktikan bahwa orang Islam mampu berpikir inovatif untuk merubah keadaan di lingkungan sekitarnya menuju hidup yang lebih baik. Tentunya supaya bermanfaat untuk sesama manusia karena telah diajarkan bahwa sebaik-baiknya manusia ialah manusia yang bermanfaat bagi sesamanya. Kita telah diajarkan untuk bermanfaat bagi sesama. Hal ini mengingatkan kita akan salah satu konsep dalam intisari peradaban Islam yang menyebutkan tentang tauhid sebagai pandangan dunia. Pada dasarnya dan secara harfiah tauhid adalah tentang keesaan, namun dalam konsep ini tauhid menjadi lebih dalam dan luas lagi pemahamannya. Dalam konsep ini dijelaskan bahwa tauhid adalah pandangan umum tentang realitas, kebenaran, dunia, ruang dan waktu yang mencakup beberapa prinsip seperti dualitas, ideasionalitas, teleologi dan lain lain.
            Dalam konsep peradabaan menurut pemikiran yang saya jelaskan di awal, dapat kita simpulkan bahwa realitas, kebenaran, dunia, ruang dan waktu menjadi unsur-unsur atau sarana yang memicu perkembangan pemikiran manusia untuk membentuk suatu peradabaan dari pemikiran-pemikiran yang telah termanifestasi. Manusia adalah kekuatan pemahaman karena memiliki berbagai fungsi dalam organ-organnya sebagai pemicu imajinasi, memori, intuisi, observasi dan lain lainnya. Karena fungsi-fungsi dan kekuatan dalam manusia inilah manusia dianugerahi untuk memahami kehendak Tuhan, dalam hal ini bisa dikatakan ketika kehendak Tuhan diungkapkan dalam firman maka akan ada pemahaman dari manusia dan melaksanakan anjuran dari kehendak Tuhan dalam firman itu.
            Dalam peradabaan, manusia tidak hanya berhasil mengubah dirinya sendiri karena perkembangan progresif pemikiran dan ide-ide teraplikasinya, tapi manusia juga dalam peradaban harus mampu mengubah tak hanya dirinya, tapi juga masyarakat, alam, atau lingkungannya. Tapi dalam hal ini, dalam hal mengubah ini tentunya haruslah ada batasan-batasan seperti yang telah dijelaskan bahwa tindakan manusia tidak akan mendekati atau menyerupai tindakan atau kehendak Tuhan.
            Batasan-batasan inilah yang membuat kita mungkin berpikir apa sebenarnya yang mampu membentuk peradaban Islam. Kesatuan. Tidak akan tercipta peradaban tanpa adanya kesatuan. Jika unsur-unsur peradabaan yang telah saya sebutkan tadi tidak bersinergi secara selaras maka bukan peradaban yang akan timbul melainkan kerancuan atau kecampuradukan ide-ide dan gagasan-gagasan yang nantinya akan menimbulkan friksi dan konflik. Dalam kehidupan, umat Islam melaksanakan apa yang telah diajarkan dalam agamanya. Dalam hal ini terkadang membuat manusia berpikir terlalu ketat dan susah untuk menerima unsur-unsur perbedaan yang menurut mereka tidak sesuai dan membuat mereka dalam posisi kontra karena menilai unsur-unsur ini kontradiktif.
            Secara logika, tidak ada peradabaan yang tidak mengambil dari unsur luar. Namun, yang terjadi akhir-akhir ini adalah kebanyakan menyalahartikan istilah “mengambil dari unsur luar” terlalu berbau negatif. Manusia dalam peradaban akan bertahan dan terus melakukan kemajuan jika mampu menyaring unsur-unsur luar yang masuk. Fenomena yang terjadi seperti revolusi di negara-negara timur tengah itu salah satu bentuk pemikiran manusia di sana untuk mencari kehidupan yang lebih baik dan tidak lagi terkekang di bawah rezim diktatorian. Ini juga salah satu bentuk efek peradabaan yang memicu manusia untuk berpikir dan berkembang dan merespon segala hal yang terjadi di lingkungannya. Berani merubah ketika lingkungan tak lagi sesuai bagi mereka.
            Inilah suatu bentuk rasionalisme ketika ada suatu pemikiran yang bertentangan maka secara otomatis manusia akan bertindak bahkan akan bertindak represif. Saya ambil contoh fenomena antipluralisme di mana masih banyak terjadi tindak nontoleransi terhadap hal-hal yang dari suatu sisi dianggap berbeda dan tidak mau menerima itu. Contoh nyata adalah konflik yang terjadi di Myanmar seperti etnis Rohingya atau yang terjadi di Poso dan Madura di mana teradapat konflik antar agama dan konflik sektarian. Ini salah satu contoh tindakan antipluralisme karena sulit menerima unsur berbeda dari kelompok manusia lain. Masih banyaknya perseteruan dan saling ejek antar agama di masyarakat Indonesia telah menunjukkan pluralisme bangsa yang masih memperihatinkan meskipun negeri ini menjunjung tinggi kebhinnekaan. Inilah antitesis dari peradabaan di mana kurangnya persatuan terjadi dan kurangnya pemahaman antar manusia yang diciptakan berbeda oleh Tuhan.
            Dari artikel ini, saya berharap dengan mengaitkan konsep peradaban, tauhid dan fenomena antipluralisme yang terjadi di Indonesia khususnya, bisa membawa kehidupan yang lebih damai lagi. Diharapkan tidak akan ada lagi konflik represif antar agama atau sekte. Kita perlu mentolerir perbedaan karena disitulah lahir sifat pluralisme. Kita perlu melakukan pembenahan dalam hal pemahaman masyarakat Indonesia tentang perbedaan. Mengembalikan lagi semangat Bhinneka Tunggal Ika. Integritas perlu diciptakan untuk menyongsong peradaban di dunia ini dengan dasar-dasar ilmu tauhid yang tidak terlupakan namun tidak disalahartikan. Karena tidak akan timbul peradaban tanpa kesatuan dan filterisasi unsur luar dan sikap plural dan toleransi antar masyarakat  di Indonesia.

Tuesday, January 1, 2013

Mengejar Pesawat di Minneapolis


Sudah baca artikel saya yang berjudul "Pesawat Terbang"?.Di situ menceritakan kisah hidup saya ketika kecil sangat senang ketika melihat pesawat melintas di atas langit kampung saya. Berandai-andai kapan bisa menaiki burung besi itu. Kemudian di artikel itu juga menceritakan bagaimana senangnya ketika saya naik pesawat terbang untuk pertama kalinya ke Amerika Serikat. Di artikel kali ini saya akan menceritakan pula pengalaman yang juga tentang pesawat terbang.

Ternyata di cerita kali ini saya mengungkapkan apa sih sebenarnya hal yang seru ketika naik pesawat terbang selain kita bisa memandang daratan dari jendela pesawat. Mungkin untuk beberapa anak orang kaya naik pesawat terbang untuk liburan ke luar negeri menjadi hal yang biasa karena sering dilakukan. Bagi saya, naik pesawat terbang mempunyai kesenangan tersendiri karena saya tidak sering melakukannya dan setiap berkesempatan naik pesawat terbang pasti akan timbul perasaan senang dan tak mau melewatkan momen ini. Bulan November 2010, di Portland, Oregon, Amerika Serikat (bulan ketiga saya di amerika) saya melaksanakan amanah untuk melakukan presentasi tentang Indonesia di tiga kelas di sekolah saya (Woodrow Wilson High  School). Setelah 3 presentasi sukses saya laksanakan dengan cara unik saya (kalo ngga salah ada artikelnya atau kalau belum akan saya tulis pengalaman presentasi saya) mengirimkan cuplikan video ketika saya presentasi dan sebuah essay tentang presentasi saya ke organisasi yang menaungi saya setahun di sana; CIEE (Council on International Exchange Education) karena mereka mengadakan kompetisi untuk essay/report terbaik presentasi tentang negara masing-masing dan pemenang berhak mendapatkan trip ke Walt Disney World di Orlando, Florida untuk menghadiri konferensi interfaith selama 5 hari di sana. SIAPA YANG NGGA PENGEN COBA? :p dengan sekali enter email dengan attachment ms. word essay,video, dan slide show power point presentasi saya saya kirim ke CIEE.

Bulan Desember saya berkesempatan ke Disneyland di Anaheim, California (sekitar satu jam dari Los Angeles + macetnya) tapi tidak dengan pesawat tapi dua hari perjalanan darat menggunakan mobil dengan keluarga asuh saya. Kami tiga hari di Disneyland sekaligus merayakan tahun baru 2011 di sana dan sepertinya sudah saya tulis cerita ini atau kalau belum akan saya tulis :p. Sepulang dari liburan winter break di Anaheim saya mendapat email dari CIEE dan disitu dituliskan pengumuman pemenang trip ke Disney World, Orlando. Setelah saya scroll ke bawah hingga ada 4 nama pemenang tercantum di situ. Syukur alhamdulillah ada nama saya di antara 4 nama di email itu. 1. Radiv Muhammad Aflah Annaba, Indonesia, 2. Gala Patenkovic, Serbia, 3. Untari Febrian Ramadhani, Indonesia, 4. Tamuna Jiqia, Georgia. Alhamdulillah saya dan Untari dari Indonesia mewakili delegasi CIEE untuk konferensi itu.

Di email itu juga dilampirkan tiket pesawat pulang-pergi yang tinggal dicetak. Senang sekali akhirnya bisa naik pesawat lagi dengan tanpa biaya sepeserpun dan untuk merepresentasikan Indonesia di konferensi internasional yang akan dihadiri pemuda-pemudai berprestasi yang juga memenangkan ini dari beberapa penjuru dunia. Di rencana keberangkatan di tiket tersebut saya akan menaiki pesawat Delta Airlines dari badara Portland (kota saya) menuju Minneapolis,  Minnesota untuk transit dan akan dilanjutkan menuju bandara Orlando, Florida. Tibalah saat yang dinanti-nanti di hari-H. pada 2 Februari 2011 saya berangkat seorang diri diantar bapak asuh ke bandara Portland dan kemudian seoarang diri melewati petugas security check dan menuju gate Delta airlines berada. Setelah boarding pass saya mencari posisi kursi saya.Waktu itu saya tidak tau kalau nomor kursi yang diikuti abjad C seharusnya duduk di isle atau dipinggir bukan dekat jendela tapi waktu itu saya duduk di seat dekat jendela karena saya pikir nomor yang diikuti C itu diujung dan sebelah jendela :p. Setelah itu seorang ibu-ibu duduk disebelah saya dan pesawat mulai take off. Ibu-ibu itu bilang "what a beautiful scenery out there" sambil melihat ke arah jendela saya. Setelah sekian lama saya sadar kalau itu seharusnya kursi ibu itu dan maksud kata-kata itu adalah menyindir anak muda 18 tahun asal Indonesia yang kegirangan naik pesawat gratis :p

 Daratan itu begitu putih..Oh itu hamparan daratan yang tertutup salju dan pesawat sudah melintas di atas daratan negara bagian Minnesota. Saya semakin bersemangat melihat ke luar dari jendela. Melihat daratan putih terhampar indah dan garis-garis kecil yang merupakan jalanan bagaikan melihat seisi peta atlas yang dulu biasa aku bolak-balik halamannya dan kini aku melihat gambaran nyata di atas pesawat yang membawaku ke Orlando ini. Setelah pesawat mendarat dan penumpang dipersilahkan bersiap untuk beralih ke pesawat berikutnya saya bergegas sekalian untuk merasakan sensasi bandara Minneapolis dan berencana membeli suvenir biar bisa dikata saya pernah di Minnesota :p. Tapi kemudian saya sadar ketika saya melihat tiket sekaligus melihat jam di handphone yang sudah menyesuaikan dengan zona waktu di Minneapolis, saya hampir ketinggalan pesawat untuk boarding!! Bandara ini bukan bandara kecil. Saya kebingunngan karena pesawat lanjutan ke Orlando akan segera berangkat dan saya baru turun dan sempat-sempatnya berniat mau beli suvenir. Setelah saya bertanya ke petugas di bandara, dengan senang hati dia menunjukkan gate untuk penerbangan ke Orlando dan itu jauh sekali! apa boleh buat akhirnnya saya berlali terbirit-birit seperti balita yang kebelet pipis ngga nemu toilet. Ketika belari saya masih sempat-sempatnya melirik jaket hoody bertuliskan Minnesota. Forget it! You're being late, Radiv! teruslah saya berlari dan berharap cemas apakah pesawat sudah berangkat apa belum..

to be continued :p




Friday, December 21, 2012

Hujan di Seattle

mungkin ada yang bilang ini terlalu telat untuk diceritakan karena ini pengalaman saya di bulan Mei 2011 yang lalu. But i guess its never too let to tell a good story right? Sebelum berangkat ke USA, saya tahu Seattle itu berhubungan dengan pesawat terbang. Sebelumnya juga saya kira Seattle itu ada di Amerika Serikat bagian selatan. Ternyata, Seattle cuma 3 jam dari kota saya, Portland yang ada di Northwest US (Barat Laut).

Pacific Northwest, begitu orang amerika menyebut daerah kami. Berkunjng ke Seattle merupakan salah satu hal yang paling saya idamkan. Kebetulan, waktu itu grup anak-anak pertukaran pelajar di daerah Portland sedang mengadakan trip ke sana 2 hari saja.Dua hari itu sangat berkesan karena saya begitu jatuh cinta dengan suasana kota Seattle yang saya anggap sebagai kakak kota Portland karena memiliki downtown yang lebih besar dan skyscrappers yang lebih banyak. Kami menginap di hotel di pinggiran Seattle setelah sampai di sana dengan guyuran hujan lumayan deras saat itu. Petualangan di Seattle kami mulai keesokan harinya. Mengunjungi pasar tradisional, menaiki monorel, makan burger raksasa di Hard Rock Cafe, berkunjung ke landmark populer di Seattle seperti Space Needle (menara tinggi futuristik) museum rock and roll dan berkeliling kota Seattle menggunakan kendaraan unik yang bisa untuk darat dan perairan bernama "Duck Boat".

Petualangan tak hanya sampai di situ. Kami juga diajak untuk menyaksikan pertandingan baseball dan kebetulan yang sedang bertanding adalah tuan rumah Seattle Mariners melawan tim baseball populer amerika, New York Yankees dengan bintangnya Alex Rodriguez dan Derek Jeter. Dua nama populer ini setahun lalu aku ketahui di buku pintar dan kini aku menyaksikan mereka langsung.

Inilah general stori petualangan saya di Seattle. akan segera hadir cerita-cerita berikutnya :)
  
Ini dia Duck Boat. Mobil ini bisa beroperasi di darat dan perairan !
Rombongan kami dari grup exchange students dari Portland (saya di barisan depan pertama dari kiri) 
Seattle :)
Farmer Market di Seattle. Lagi rame plus ada jam gede :0

di dinding sebelum masuk ke cafe nya. bersama Adriana (Spanyol) dan Debora (Jerman)

Kapan lagi ???? hehe itu gede banget
burger porsi kuli sukses saya habiskan :)

Adriana Lopez Lopez. dasar Madridista :p

Swaggg

foto menara Space Needle diambil saat saya berada di monorel

kucaaaaaw Space Needle!

Gue ga bohong. bisa di darat dan laut kan?

di atas duck boat pemandangan kota Seattle dari danau

museum rock n roll

Stadion Baseball the Mariners!

Keren kan?

Adriana liat apa? :0

tuh bintangnya New York Yankees, Derek Jeter

Derek Jeter lagi mukul

Topi yang dipake Adriana itu topi guee.haha

pertandingan baseball pun sampe malam dari jam 7-12 malam. dan ga bosen!

Wednesday, October 31, 2012

Pesantren Bukan Lagi Sebuah Bengkel


Thesis : peran pesantren dalam membangun kualitas pendidikan pada anak serta keunggulan pesantren dibandingkan dengan sekolah umum / formal
Bab I
Pendahuluan
            Pada zaman dahulu pada saat lembaga-lembaga pendidikan mulai muncul di dunia Islam, masjid merupakan tempat asal mula pendidikan dilaksanakan dan ditransferkan. Kemudian berkembang pada munculnya maktab atau bisa disebut juga dengan adanya tempat-tempat khsus untuk menuntut ilmu pada zaman itu. Semua ini didasarkan perintah Allah serta himbauan Nabi Muhammad  SAW tentang pentingnya membaca dan menuntut ilmu. Dari sejarah lembaga pendidikan dari era Islam terdahulu, terjadi turun-temurun tradisi menuntut ilmu di masjid dan di maktab atau tempat-tempat khusus untuk menuntut ilmu hingga sekarang. Contoh lembaga pendidikan yang merupakan hasil turun-temurun lembaga pendidikan era Islam terdahulu adalah Pesantren. Pesantren, atau biasa juga disebut dengan pondok pesantren (ponpes) adalah suatu lembaga pendidikan Islam yang mengajarkan nilai-nilai pada Al Quran dan Hadits. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah pesantren yang besar dan ini menjadi salah satu keunikan dan salah satu ciri khas yang membedakan antar lembaga-lembaga pendidikan di  Indonesia. Dari era ke era jumlah lembaga pendidikan pesantren ini kian banyak karena selain karena jumlah populasi warga mayoritas Islam di Indonesia kian meningkat, juga karena perkembangan zaman yang begitu cepat sehingga banyak orang tua yang memilih untuk menyekolahkan anaknya di pesantren.
            Namun, persepsi masyarakat akan pesantren akhir-akhir ini sering mengalami kesalahpahaman dan cenderung mengidentikkan pesantren dengan “bengkel”.Bengkel adalah suatu tempat untuk memperbaiki motor / mobil yang sedang rusak sehingga bisa berfungsi dengan baik seperti semula. Kebanyakan masyarakat di Indonesia mengidentikkan pesantren dengan bengkel karena mereka menganggap di pesantren lah tempat anak-anak nakal berada, anak-anak nakal yang dimasukkan ke pesantren supaya bisa mengurangi atau menghilangkan kenakalannya. Jadi dari sini timbul persepsi negatif tentang pesantren karena dianggap sebagai bengkel bagi anak-anak nakal dan orang tua menginginkan pesantren untuk memperbaiki disorientasi moral yang terjadi pada anaknya tersebut. Dan di artikel tiga halaman ini saya akan memberikan analisa saya tentang pesantren dan membuktikan bahwa Pesantren bukan “Bengkel” seperti apa yang ada di perspektif masyrakat saat ini. Saya juga akan menjelaskan bagaimana peran pesantren ini dalam meningkatkan kualitas keilmuan siswa serta keunggulannya dibandingkan dengan sekolah umum / formal.

Hal-hal yang Membedakan Pesantren Dengan Lembaga Pendidikan  Umum / Sekolah Formal
            Hal-hal utama yang membedakan pesantren dengan sekolah umum / formal adalah pada substansi pembelajaran yang menekankan dan bersumber dari pelajaran-pelajaran agama Islam. Hal ini memang ada di kuikulum sekolah umum / formal tentang pelajaran agama Islam, tapi tidak seintensif di pesantren. Contohnya, di pesantren, siswa akan belajar lebih banyak pelajaran-pelajaran agama seperti ilmu fiqh, akhlak, hadis, tauhid dan lain sebagainya. Di sekolah umum / formal, siswa hanya mendapatkan pelajaran agama secara garis besar dan tidak intensif seperti yang ada di pesantren. Sehingga dapat disimpulkan bahwa poin mendasar yang membedakan pesantren dengan sekolah umum / formal adalah pada substansi pelajaran-pelajaran agama yang diajarkan kepada siswanya.
            Lebih lanjut tentang apa yang membedakan pesantren dengan lembaga pendidikan umum / sekolah formal ialah pada sistem pembelajarannya. Karena pesantren merupakan tradisi turun menurun dari lembaga pendidikan era Islam terdahulu, jadi di pesantren masih ada kegiatan belajar mengajar yang berpusat di Masjid atau dengan siswanya mendapatkan ilmu dari gurunya dengan belajar di serambi masjid. Jadi ini juga menjadi poin yang membedakan pesantren dengan lembaga pendidikan umum / sekolah formal. Selain itu, di pesantren juga siswa tidak tinggal bersama orang tua karena siswa tinggal di lingkungan pesantren seperti di asrama-asrama dan belajar hidup mandiri. Berbeda dengan sekolah umum / formal di mana siswa masih tinggal bersama orang tua dan tidak tinggal di asrama-asrama seperti para siswa di pesantren. Sebelumnya, pesantren memang lebih menekankan pada pembelajaran pelajaran-pelajaran agama seperti beberapa contoh yang saya sebutkan tadi. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, kini muncul pesantren-pesantren modern yang memiliki kurikulum yang ada di sekolah umum / formal. Sehingga pesantren modern ini memiliki keunggulan karena siswa disamping belajar intensif tentang pelajaran-pelajaran agama, mereka juga mempelajari apa yang siswa di sekolah umum / formal seperti matematika, sains, bahasa, dan lain sebagainya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pondok pesantren modern muncul untuk menjawab tantangan era baru atau era modern yang menuntut siswa untuk lebih paham mengenai hal-hal baru di luar sana dengan mengajarkan para siswanya pelajaran-pelajaran yang ada di sekolah umum / formal. Selain itu, di pesantren modern yang juga memiliki kurikulum di sekolah formal / umum, siswa juga akan mendapatkan ijazah yang sama dengan apa yang didapatkan siswa di sekolah umum karena memang sudah diakui. Beberapa pesantren memang tidak mengeluarkan ijazah, tapi siswanya tetap bisa mendapatkan ijazah itu dengan program ujian penyetaraan. Dari sini perlahan-lahan kita bisa tahu apa sebenarnya keunggulan dari pesantren ini disbanding dengan sekolah umum / formal.
Apa manfaatnya jika kita memasukkan anak kita ke Pesantren?
            Seperti apa yang saya jelaskan di awal artikel ini, pesantren memberikan pembelajaran intensif tentang pelajaran-pelajaran agama yang tidak akan didapat secara intensif di sekolah umum / formal. Pesantren bukan lagi bengkel atau tempat untuk memperbaiki kenakalan anak melainkan di sini pesantren adalah tempat untuk anak menempa diri, berprestasi dan belajar mandiri karena jauh dari orang tua. Pesantren saat ini memiliki objektif untuk mempersiapkan generasi yang akan datang yang lebih siap menghadapi tantangan-tantangan yang kian berat di masa depan. Tantangan-tantangan ini tidak hanya tantangan intelektual tetapi juga tantangan dalam menghadapi krisis moral serta mencegah anak terjerembab dalam ketidakpahaman tentang agama Islam yang dianutnya.
            Karena di pesantren siswa lebih intensif mempelajari agama, siswa lebih siap dalam mempersiapkan hidupnya dengan modal-modal dasar agama yang kuat. Dibandingkan dengan anak yang sekolah di lembaga pendidikan umum / formal. Mereka bahkan masih banyak yang tidak memahami agama dan kesulitan untuk mempersiapkan diri mereka dengan modal agama yang kuat. Jadi manfaat utama menyekolahkan anak kita di pesantren adalah anak akan mendapat dasar agama yang kuat untuk mempersiapkan diri mereka di masa yang akan datang dengan modal pengetahuan agama yang kuat.
            Siapa bilang pesantren kalah dengan sekolah umum / formal dalam hal prestasi akademik? Tentu saja tidak. Siswa dari pesantren mampu bersaing dengan anak-anak dari sekolah formal dalam kompetisi kompetisi sains atau yang lainnya. Di pesantren siswa masih bisa berprestasi dan juga hal ini karena mereka juga belajar pelajaran formal dan diajar oleh pengajar-pengajar yang kompeten seperti di sekolah formal sehingga siswa dari pesantren mampu bersaing dan berprestasi. Tidak kalah dengan mereka yang ada di sekolah formal.
            Kesimpulan yang bisa diambil dari artikel ini adalah, pesantren bukan lagi berperan sebagai bengkel karena ternyata banyak keunggulan-keunggulan pesantren yang bisa membuat anak-anak kita menjadi generasi yang lebih siap menghadapi tantangan era modern dan era globalisasi ini dengan modal agama yang kuat, dan juga modal intelektual yang mumpuni.

Thursday, January 8, 2015

Sepenggal Kisah Dari Sudut Kota Mataram

Mataram, beragam. Begitu besar rasa sukur yang harus kita panjatkan kepada Tuhan karena memberikan tanah air Indonesia yang begitu kaya. Benar-benar kaya dalam berbagai aspek. Dalam Alam, dan dalam manusianya. 5 Agustus 2014 tepat beberapa minggu setelah lebaran dan bertepatan pula libur panjang dari perkuliahan, saya memutuskan untuk "backpacking" sendirian dengan rute Jawa-Bali-Lombok-Sumbawa. Dengan restu orang tua, sekaligus diantar ayah dan ibu ke terminal Tawang Alun Jember (kampung halaman saya) saya memulai perjalanan menuju pulau Dewata, Bali. Selalu senang tiap kali mengunjungi Bali. Suasana tradisi Hindu yang begitu kental mampu menyadarkan kita betapa kaya bangsa ini dengan budaya lokalnya. Pantas saja Bali masih selalu menjadi destinasi utama wisatawan lokal dan luar negeri karena keindahannya yang komplit. 

Selama dua hari saya berada di Bali, menumpang ke sana kemari, berpindah angkutan umum ini dan angkutan umum yang itu mengantarkan saya ke tujuan selanjutnya yaitu Pelabuhan Padang Bai untuk kemudian menaiki kapal Ferry selama 4 jam menuju pulau Lombok. Dalam perjalanan menuju pelabuhan Padang Bai saya bertemu dengan dua orang backpacker dari Polandia yang selama perjalanan asik mengobrol dengan saya tentang Indonesia. Lumayanlah bisa berbagi informasi dengan sesama petualang. 

Akhirnya sekitar pukul 15.00 WITA saya resmi masuk kapal Ferry dan berharap-harap cemas, senang, penasaran, bisa menyeberangi salah satu selat dengan ombak besar di Indonesia dengan durasi perjalanan yang lama pula. Saya mencari-cari kursi untuk duduk di kapal dan menaruh tas keril 60 liter saya. Seorang bapak menawari saya tempat duduk dan akhirnya saya memutuskan duduk bersama dua orang bapak-bapak dan bergabung dengan obrolan hangat yang sedang berlangsung. Akhirnya kami berkenalan. Bapak yang satu bernama pak Brata, orang asli Bali namun bekerja dan tinggal di Mataram, Lombok. Yang satu lagi bernama pak Imam, orang asli Lombok namun bekerja di Bali dan sedang pulang kampung di Lombok. Dari sini saya terharu dan takjub, ada dua orang dengan budaya dan asal yang berbeda saling bepergian dan menarik melihat asal dan tempat mereka bekerja. Itulah Indonesia, yaitu suku-suku yang saling bertemu dan berpindah di berbagai tempat di nusantara. 

Obrolan yang berlangsung pun cukup menarik baik tentang budaya di Lombok dan Bali, tentang politik, bahkan tentang rektor saya yang santer diisukan jadi menteri pun juga kita bahas dan mereka berdua tau. Hingga pada akhirnya mereka juga tau tujuan saya dalam perjalanan ini untuk mengunjungi lombok, sumbawa dan diakhiri dengan mengibarkan bendera merah putih 17 Agustus di puncak Rinjani, Lombok. Pak Brata menawarkan kepada saya untuk bermalam di rumahnya karena ketika tiba di Lombok, hari sudah gelap dan akan susah untuk mencari angkutan ke Gili Trawangan. Maka langsung saya terima tawaran itu. Lalu saya bersama pak Brata naik angkutan ke Mataram dan kita berpisah dengan pak Imam yang melanjutkan perjalanan ke Lombok Timur. Kita sudah saling bertukar kontak untuk menjaga tali silaturahmi.

Rumah pak Brata berada di pinggiran kota Mataram. Dia mempunyai bengkel di dekat rumahnya di pinggir jalan raya. Kami sampai di rumah pak Brata menjelang Isya. Banyak anjing berkeliaran dan cukup berisik karena tau kita sedang berjalan menuju rumah pak Brata. Kami di sambut oleh anjing-anjing di kampung tersebut. Melihat kondisi kampung tempat tinggal pak Brata, ada hal yang menarik yaitu kampung ini terdiri komunitas Muslim dan pemeluk Hindu dan rumah mereka berjajar dan berdampingan. Satu rumah muslim, sebelahnya rumah pemeluk Hindu dengan pura di halaman depan rumahnya. Lalu terdapat surau untuk orang Islam melakukan ibadah salat. Saya bermalam di teras depan rumah pak Brata. Sudah cukup bagi petualang seperti saya. Kami menghabiskan malam dengan berbincang bersama Pak Brata, Istri dan anak sulungnya yang kuliah di Universitas Mataram. Keluarga pak Brata pemeluk agama Hindu, namun di Mataram, Islam dan Hindu hidup berdampingan dan rukun. Seperti yang pak Brata bilang, di masjid kampungnya, pada saat itu hari jumat dan bertepatan dengan hari raya nyepi. Maka ketika biasanya umat muslim melakukan salat jumat dengan suara nyaring speaker masjid untuk menyiarkan khutbah, pada hari jumat yang bertepatan dengan hari raya nyepi itu masjid tidak mengeraskan suara speakernya untuk menghormati umat Hindu yang sedang merayakan nyepi. Keesokan hari, di pagi hari, pak Brata mengantarkan anaknya yang bungsu pergi sekolah. Pada saat itu hari jumat dan si bungsu mengenakan pakaian adat hindu. Kata pak Brata tiap hari jumat sekolah dasar di Mataram muridnya mengenakan pakaian adat. Yang Hindu mengenakan busana adat Hindu, yang Muslim mengenakan baju muslim.

Sungguh perjalanan saya cukup menyadarkan saya betapa kaya Indonesia dengan keberagaman kekayaan dan keberagamaan kebudayaan yang dimilikinya. Pada momen itu, saya yakin, bahwa nilai pluralisme yang menjadi karakter Indonesia yang semestinya, mampu secara akar rumput diterapkan di berbagai daerah di Indonesia seperti di Mataram, di kampung pak Brata di mana Islam dan Hindu sangat rukun dalam menjalani kehidupannya masing-masing. Bertolakbelakang dengan apa yang terjadi di daerah lain di Indonesia bahkan di Jakarta yang masih sering terjadi kebencian di antara umat beragama. Saya optimis, kedepannya Indonesia mampu menjadi bangsa plural yang memahami arti perbedaan dan keberagaman demi kesatuan NKRI. Hidup bangsa Indonesia! 

Friday, March 8, 2013

Curhatan Anak HI: Episode "Pemimpin Impian Rakyat"

"If you want to change the party, lead it. If you want to change the country, lead it"

quotes itu gue dapet dari film Iron Lady di mana tokoh Airey Neave yang merupakan anggota partai konservatif memberi motivasi kepada Margaret untuk berani maju di pemilihan perdana Menteri. Sosok Margaret Thatcher di sini sangat menginspirasi. Dia seorang pemimpin yang decisive, cepat merespon. Margaret percaya bahwa kebanyakan orang pada zaman itu mengutamakan perasaan dan perasaan. People often ask "How are you feeling" dan Margaret percaya bahwa dia percaya dengan pikiran (thoughts) dan gagasan adalah yang penting karena semua hal terjadi semua impian terwujud pertama karena kita memikirkan itu dan membuat itu menjadi nyata.

Setuju dengan Margaret Thatcher yang pada saat itu memimpin Inggris selama 11,5 tahun dengan mengakhiri karirnya sebagai Perdana Menteri Inggris secara mengundurkan diri karena waktu itu Margaret kehilangan pendukungnya dalam partai sendiri. Margaret masih dengan sifat kepemimpinan yang kuat dan decisive memutuskan untuk mundur daripada maju kembali pada pemilu itu. Salah seorang tokoh yang menginspirasi dan menjadi kiblat buat para pemimpin. Pedoman untuk terinspirasi dan terjiwai untuk menjadi pemimpin suatu negara, pemimpin dalam merengkuh tujuan-tujuan tercapainya cita-cita.

Waktu pun sudah menunjukkan pukul 3.33 dini hari di hari sabtu tanggal 9 Maret 2013 dan gue masih nulis. Ditemani coke zero, crackers Ritz dan laptop jadul Acer aspire 4315 yang selalu setia menemani gue menulis. Menuliskan buah pikiran gue sehingga menjadi manfaat dan menjadi media pembelajaran bagi gue untuk terus semangat dalam menulis karena siapa tau suatu saat gue jadi salah satu penulis hebat dengan penjualan yang hebat pula dan pastinya dan yang paling utama ialah memberi kontribusi yang hebat untuk masyarakat lewat karya-karya gue. aamiin. Impian harus terus selalu diperjuangkan, bukan? serbuk sari tak akan menjadi madu tanpa lebah. Begitu pula mimpi, tak akan bisa terwujud tanpa adanya perjuangan yang terus diperjuangkan.

Ngobrol masalah pemimpin, dalam mewujudkan mimpi-mimpi pun sebenarnya juga bergantung gimana kita memimpin diri kita sendiri untuk terus berjuang memperjuangkan mimpi supaya terwujud. Iya kan? Jadi pemimpin harus punya cita-cita. Di tahun 2013 di mana ini saat-saat para politisi politisi kita saling bertarung di tahun politik. Berusaha merebut perhatian rakyat akan bagaimana kelanjutan nasib negara ini pada saat pergantian pemimpin tahun depan. Di luar pertarungan-pertarungan politik itu, rakyat memimpikan seorang pemimpin impian mereka. Tulisan gue ini juga bermula pada saat dua hari lalu gue baca koran Kompas yang telah melakukan survei kepada masyarakat tentang pemimpin seperti apa yang menjadi pemimpin impian mereka. Ketika gue baca hasil surveinya gue semacam terharu ketika sebagian besar rakyat kita memimpikan pemimpin yang jujur. Dalam hati gue timbul pertanyaan "separah inikah kekronisan kejujuran di negeri ini?" Akankah kekritisan kejujuran ini akan berlanjut di tahun depan dan di masa yang akan datang?

Dari situ bermula gue berpikir bahwa kita ngga hanya butuh pemimpin yang berwibawa dan pintar atau pun karismatik. Dari sini gue berpikir bahwa sudah saatnya impian masyarakat ini dicapai dengan munculnya sesosok pemimpin yang memiliki dua tipe kecerdasan. Apa yang gue maksud dengan dua tipe kecerdasan ini? dua kecerdasan itu adalah kecerdasan otak dan kecerdasan etika. Banyak aspek pemimpin tapi namanya manusia bukan ciptaan yang komplit dan harus memiliki segala aspek leadership yang dibutuhkan masyarakat. Dan di sinilah muncul pemikiran gue tentang pemimpin yang cerdas otak dan cerdas etika.

Kecerdasaan otak diperlukan oleh pemimpin negara karena akan banyak ide-ide dan buah pemikiran yang dibutuhkan untuk kelangsungan negara dan rakyatnya. Dalam hal menentukan kebijakan untuk rakyat misalnya. Pemimpin cerdas akan tahu momentum dan kecerdasaan otak memicunya untuk bersikap decisive sehingga kecerdasaan otak itu tak sia sia dan dampak kebijakan akan dirasakan oleh rakyat. Maraknya kasus korupsi membuat gue memunculkan suatu kesimpulan bahwa mereka yang melakukan hal keji seperti itu adalah orang yang memang memiliki kecerdasan otak tapi kurang cerdas etika. Kecerdasan otak diperlukan dan harus diseimbangkan dengan kecerdasan etika sehingga bisa mengontrol efek samping kecerdasaan otak dan kecenderungan untuk mendapat lebih dan rakus seperti para koruptor sehingga mengabaikan tindak tanduk etika dan seakan-akan melupakan kesengsaraan rakyat yang masih melanda rakyat di mana-mana. Pemimpin yang jujur akan hadir ketika dia memiliki suatu bentuk kecerdasan etika. Dia tahu bagaimana mengontrol kecerdasan otaknya dengan beretika. Sebenarnya simpel ya nasihat buat koruptor itu. Jangan mencuri. itu saja. Anak kecil saja patuh untuk tidak mencuri ketika dinasehati. Tapi kenapa koruptor tetap saja ada meski hukum berlaku yang bisa menjerat mereka. Benar-benar kecerdasaan etika yang tidak mereka miliki. Ironis.

Di samping hal itu semua gue tetep optimis kalau tahun depan pemimpin yang baru mampu membawa perubahan dan membendung efek efek samping demokrasi dan reformasi sehingga paradigma rakyat yang buruk tentang pemerintahan akan tereduksi sehingga bertransformasi menjadi optimisme kolektif untuk kemajuan kolektif. Kemajuan Indonesia Raya. Jangan hanya membuat rakyat terus mengimpikan sosok pemimpin impian mereka. Rakyat Indonesia akan memiliki sosok impian mereka. Gue yakin.

Sekali lagi nama gue Radiv Annaba dan ini perspektif gue. Terus selalu berkontribusi ya, wahai warga negara Indonesia. Kita bisa kok!


Curhatan Anak HI: Episode Bertemu Hatta Rajasa

Jakarta, hari Minggu 3 Maret 2013 gue membuka perspektif baru ketika mengetahui kalau hasil survey bilang 80% anak muda Indonesia itu benci politik.

Bima Arya Sugiarto, dosen Ilmu Politik gue di Paramadina yang sekaligus ketua DPP PAN mengungkapkan hal tersebut pada acara soft launching MATARA (Matahari Nusantara), sebuah organisasi kepemudaan. Mas Bima, begitu gue dan temen-temen biasa menyapa beliau, memberi opening speech dengan menjelaskan betapa ironisnya ketika pemuda-pemuda di Indonesia mulai apatis dengan politik karena kecenderungan media yang sering menampilkan politik kotor dari para politisi salah arah itu (baca: koruptor). Dan gue juga sudah menyangka hal itu dan ternyata gue satu paham dengan mas Bima. Bahkan dalam salah satu buku yang gue baca, merupakan konsekuensi reformasi di mana kita keluar dari masa orde baru ke masa demokrasi dan yang sebelumnya kasus tindakan korupsi itu semacam "terlindungi". Reformasi mungkin belum menjanjikan apa apa ketika kegencaran media menimpa pemikiran masyarakat awam yang mungkin minim menganalisis bahwa sebenarnya reformasi ke era demokrasi itulah yang dibutuhkan rakyat. Membuat orang-orang merindukan keromantisan jaman orde baru kalau Denny Indrayana bilang dalam buku "Indonesia Optimis". Apalagi kita punya anak muda yang juga merupakan unsur demografi emas yang menjanjikan di masa depan di mana spot-spot penting di negeri ini ada di tangan mereka mulai apatis, pesimis bahkan menjadi sinis dengan kondisi politik di negeri ini. Dengan angka yang mencapai sekitar 80% ketika ditanya tentang politik di Indonesia dan mereka membenci itu, dapat dilihat bahwa kita tidak perlulah melulu prihatin dengan kondisi seperti ini. Saatnya kita bergerak. Bukan untuk mengubah paradigma itu, tapi untuk mulai menyalakan lilin lilin sehingga para anak muda itu tidak melulu mengutuk kegelapan dalam hal ini adalah cara pandang dan pemikiran mereka tentang politik di negeri penuh pulau insecure ini #eh.

Membaca berita, menonton televisi dengan kasus kasus korupsi dan sejenisnya semakin membuat paradigma itu terus menerus menguat dan kemungkinan besar akan mengakibatkan apatisme anak muda kian berlanjut dalam menanggapi politik di Indonesia. Dan di acara soft launching organisasi kepemudaan ini gue jadi sadar bahwa ini sudah saatnya kita melangkah untuk berkontribusi sebagai anak muda yang unggul. Anak muda yang nantinya akan menjadi kontributor pembuat nyata mimpi-mimpi rakyat Indonesia, the Indonesian Dream. Mas Bima juga bilang dengan pembentukan organisasi Matahari Nusantara ini, anak muda yang 20% itu akan semakin berkembang dan diberdayakan serta dicerahkan dengan segala pengkaderan penuh dari orang-orang yang mumpuni dalam bidangnya masing-masing. Mimpi anak muda yang mungkin sedikit mainstream ketika ditanya mereka banyak yang ingin jadi pengusaha, entrepreneur, CEO dan hal hal seperti itu saja tapi jarang sekali. sekali lagi jarang sekali dari mereka yang bercita-cita menjadi politisi hebat, bersih dan cerdas. Dan gue akan menjelaskan arti cerdas politis di episode berikutnya selama pemikiran gue ini terus berkembang. Kita butuh politisi muda yang mampu memberi contoh kepada anak muda dengan kapabilitasnya sehingga sanggup mengurangi prosentase apatisme dan sinisme akan politik dan membalik paradigma bahwa anak muda selalu menganggap politik di Indonesia itu yang jelek jelek saja. Mari bersama-sama berkontribusi.

Dan di acara soft launching tersebut turut hadir Menteri Koordinator Perekonomian Republik Indonesia, Bapak Hatta Rajasa. Udah beberapa tokoh besar negeri ini yang udah gue temui dan alhamdulillah bersalaman juga meski gue jarang berfoto-foto karena cukup dengan mendapat dan pernah dekat jaraknya dengan para tokoh terlebih berkesempatan bersalaman pun udah lumayan menginspirasi bagi gue. Jarak gue cukup dekat waktu pak Hatta memberi speech. Beliau menjadi menteri pertama yang gue temui dan jabat tangannya. Bangga. bukan karena apa, gue menjadi semakin semangat untuk mengikuti jejak beliau. Mengabdi menjadi menteri membantu menyelesaikan masalah-masalah yang terus menerus tereskalasi di jaman reformasi ini. Benar-benar kita butuh pemimpin yang tangguh dan tidak membuat pesimis anak muda kita, demografi emas bangsa di masa yang akan datang.
Berikut foto-foto yang gue ambil menggunakan kamera sederhana ponsel gue
Pak Hatta Rajasa is giving his speech. Gue di depannya pas

dari kiri, mas Bima Arya, pak Adhyaksa Dault, pak Hatta Rajasa, dan Yulia Rahman (dengan mic nya)


Gue Radiv Annaba dan itu pengalaman beserta perspektif gue. Mari bercita-cita dan wujudkan cita cita Indonesia :)

Friday, March 1, 2013

Curhatan Anak HI: Episode "Tembok Imajiner"

Gue nyadar kalau kita sebagai mahasiswa udah saatnya adaptasi dengan pola dan cara belajar. Cara belajar yang didominasi oleh metode hafalan. Hafalan dan hafalan. Udah saatnya di dunia perkuliahan dan perkampusan kita beradaptasi. udah bukan jamannya lagi yang namanya hafalan catatan saat mau kuis. Benar bukan? This is not high school anymore. Karena cara yang seperti itu memang mungkin ngga akan menghalangi lo buat dapet IP bagus. Cuman menurut gue itu udah ngga "kompatibel" dengan dunia perkuliahan. Ibarat teknologi penyimpanan data nih, udah saatnya kita "move on" dari disket ke flashdrive. Sama halnya dengan cara belajar kita. Intinya menyesuaikan supaya kompatibel sehingga pencapaian kita dalam berporses bisa maksimal. Ya nggak sih?

Kuliah itu, khususnya di jurusan Hubungan Internasional nih, baca buku itu fundamental karena ketika di kelas, dalam proses perkuliahan, mahasiswa dituntut untuk kritis. Karena dengan begitu setidaknya mereka telah melalui proses berpikir aktif dan "engage" dengan materi perkuliahan itu. Namun, ada namunnya nih, hehe. Namun kritis itu nggak hanya asal ceplas ceplos aja kalo orang Jawa bilang. Kritis itu bukan mereka yang selalu "always be the one" ngejawab dan nanya ini itu ke dosen. Menurut gue, kritis adalah mereka yang selalu membaca dan memperluas pengetahuannya lalu bertanya dan menjawab di kelas dengan pemikiran yang tersampaikan secara terstruktur dan berkualitas. Sekali lagi itu terjadi karena dia membaca. membaca dan membaca. Iqra :)

So basically, jangan dibiasakan melakukan hal-hal kritis tapi dangkal substansinya. Dan sejauh pengamatan gue, itu terjadi karena cara belajar mereka yang ngga kompatibel. Yang hanya peduli bagaimana dapet IP tinggi buat dirinya. Buat gue pribadi, cara yang seperti itu yang gue hindari. Itu bahkan bisa buat guer hanya peduli gimana IP gue bagus dan mentok sampe di situ. IP bagus itu penting. Penting banget dan ga perlu munafik lah. Tapi, gue ngga mau jadi seperti mereka yang pragmatis dengan IP (dengan cara belajar yang ngga kompatibel ya) tapi jadi apatis dengan hal-hal lain.

Apakah hal-hal lain yang dimaksud itu?

Hal-hal lain yang gue maksud di sini adalah "something" di luar ke-pragmatis-an itu di mana gue pada akhirnya menemukan banyak hal di dunia kampus yang sangat potensial bisa membantu gue berkembang sebagai mahasiswa. Kalo kata motivator sih mereka sebut dengan "soft skill". Soft skill itu bisa seperti giman kita membawa diri kita. Gimana kita mengaktualisasikan di dunia nyata bagaimana diri kita berhadapan dengan lingkungan. Seperti gimana kita dalam bersosialisasi dan berinteraksi dengan masyarakat civitas academica. Nah dari sini gue mau berbagi sama kalian dengan ngejelasin ke kalian kenapa mahasiswa yang seperti gue sebut di awal itu nggak kompatibel meskipun tetep lo bisa ngedapetin IP bagus dengan cara seperti itu. Suatu cara dan pola belajar di man mereka sangat gencar menghafal catatan atau apalah sehingga menutup "mata" mereka dengan lingkungan luar. Itu poin pertama. Kedua, menurut pengamatan gue sejauh ini, akan timbul kecenderungan di mana mereka merasa sedang berada di sebuah kompetisi di mana ketika IP mereka berada di atas dalam artian lebih bagus dari orang yang masuk dalam kompetisi mereka sendiri akan timbul perasaan puas dan merasa telah mengalahkan orang itu. Dan kecenderungan lebih lanjutnya lagi, akan timbul sikap takabur (habis dengerin khutbah jumat jadi pake terminologi takabur.hehe) ketika mereka secara jelas menertawakan orang yang IP nya di bawah dia. Ditambah dengan ekspresi yang sumringah kalau orang jawa bilang. Dan hal kaya gini yang gue saranin buat lo hindari di dunia perkuliahan men.

Lalu apa hubungannya dengan soft skill yang gue bilang tadi?

Kalo dengan arti soft skill yang gue bilang tadi, ketika orang-orang yang memakai cara yang tidak kompatibel itu, mereka bakal kesulitan untuk "mingle" (berbaur) dengan yang lain karena cara belajar mereka itu menuntut mereka untuk ngedapetin IP bagus dan semacem mengabaikan "hal-hal lain" itu tadi. Yang mereka peduli adalah sebuah "kompetisi IP" yang mereka buat dalam alam bawah sadar mereka. Mereka susah berbaur dan nyambung begitu juga dengan orang lain yang susah berbaur karena sikap mereka sendiri yang seakan-akan membangun "tembok imajiner". Dan faktanya memang begitu. Contoh real-nya ya misalnya, susah cari cari temen kalau dosen ngasih tugas berkelompok. Lalu susah bagaimana bekerjasama sehingga kooperatif dengan teman satu kelompoknya. Kalau udah gitu, susah kan dapet IP bagus? salah siapa coba?hehe. Yang mereka lakukan adalah dengan bergabung dengan teman kelompok yang mudah "mingle" deh ujung-ujungnya. Jadi bergantung kan? tapi tetep aja ajeg dengan kepragmatisan dan kompetisi IP mereka.

Jadi kalian sendiri yang memilih gimana cara yang pas dan kompatibel sama lo buat menghadapi dunia perkuliahan ini. Gue cuma ngejelasin apa yang gue liat melalui pengamatan gue bro. Kalo saran gue nih bro, kejar IP tapi dengan cara yang kompatibel bro. Tetep berbaur dan gaul. cara lo berbaur itu penting. Toh kita ini makhluk sosial kan? Lalu gue ingetin (sekalian ngingetin gue juga nih bro) buar sering-sering baca. Jadikan membaca itu sebuah kebiasaan (habit) karena dengan begitu ketika lo kritis, kekritisan itu substantif dan ngga dangkal bro. Soft skill itu penting kan? hehe have fun you guys dan tetep disukuri ya bisa kuliah. Ini demokrasi jadi suka suka kalian kalau mau mencela tulisan gue ini :) terima kasih :)
(maap kebanyakan emot gue emang alay sih :p)

Wednesday, January 9, 2013

Mengejar Pesawat di Minneapolis (episode 2)

Delta Airlines- maskapai yang saya gunakan dari Portland-Minneapolis-Orlando


Waktu itu saya berlari sambil merem, membayangkan saya bisa berlari secepat sonic. Di bandara Minneapolis ada semacam lintasan yang bergerak sehingga mempercepat laju para pengunjung bandara yang sedang terburu-buru seperti saya. Oiya, saya kebelet pipis. Tapi kecepatan berlari saya tidak bertambah. Semua terasa samar-samar. Takut dan cemas karena memikirkan pesawat ini sudah terbang atau belum ke Orlando yang katanya panas itu. Dincing kaca besar itu menampakkan pemandangan bandara yang putih bersalju belum cair karena hukum fisika. Saya terus berlari di daratan mengejar sesuatu yang akan terbang.

Petugas bandara berseragam biru tampak berdiri di gate yang saya tuju. Saya bertanya apakah sudah terbang pesawatnya. "Is the flight to Orlando gone already?" "No, the passengers are still boarding, son". Saya melihat ke arah gate itu. Mereka masih boarding. Sukur alhamdulillah saya tidak ditinggal terbang oleh burung besi canggih Amerika ini. Saya langsung mengantri bersama penumpang lain. Mengantri di antrian kelas ekonomi tentunya. Tapi pikir saya mengantri apapun meski kelas ekonomi kalau ini pesawat, masih membanggakan buat saya. Terlebih saya mendapatkan trip ini secara gratis karena jerih payah dan sentuhan keberuntungan. Saya tak akan mengulangi tragedi salah tempat duduk ketika perjalanan pesawat dari Portland ke Minneapolis :p (norak ya :p)
Peta bandara Minneapolis. jadi saya dari ujung kanan bawah sampe kiri atas.. Berlari terkencing-kencing #eh

Ternyata seat saya berada di antara seorang pasangan suami istri. Jadi saya di tengah-tengah mereka. Jadi suaminya di sebelah kiri (isle seat) dan istrinya di sebelah kanan saya (window seat). I know this is awkward moment dan pasangan itu menyadari dan memilih untuk menawarkan saya posisi tempat duduk istrinya. Dan untuk kedua kalinya dalam penerbangan saya menuju Orlando saya mendapatkan window seat sehingga saya bisa memandang daratan yang terlihat kecil itu tertutup salju memutih jalan #tsaaaaah.

Perjalanan dari Minneapolis ke Orlando dengan pesawat Delta airlines ini memakan waktu sekitar 3 jam. Selama di pesawat saya sesekali dua kali nonton program-program tv yang ada di layar kecil di depan saya dan tentunya sambil memandang daratan kecil di bawah yang perlahan-lahan membesar tandanya Orlando sudah dekat.

untuk membaca lebih lanjut, ini link untuk artikel saya tentang general acara konferensi 5 hari yang saya hadiri di Walt Disney World, Orlando, Florida

http://radiv-annaba.blogspot.com/2011/03/6-indonesians-rock-disney-world-florida.html

link di atas adalah reportase keseluruhan acara yang saya lakukan. untuk rinci dan pengalaman unik lainnya akan saya tulis dalam beberapa hari ke depan.

Selamat membaca :)

@radivannaba


Sunday, January 6, 2013

Pemikiran Radiv


Peradaban, Tauhid dan Fenomena Antipluralisme
By Radiv Annaba

            Dunia begitu dinamis karena manusia berpikir dan bertindak. Segala pemikiran yang dilakukan manusia, pemikiran itu berkembang dari waktu ke waktu karena manusia juga berkembang dan lingkungan lambat laun membuat manusia belajar. Pemikiran-pemikiran juga berbuah ide-ide atau gagasan-gagasan besar yang jika diaplikasikan akan menghasilkan faedah yang besar pula. Penemu-penemu di masa lalu telah membuktikan jika pemikiran atau ide-ide dan penemuan jika diaplikasikan akan sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia itu sendiri. Jadi di sinilah kita bisa mulai berpikir untuk mendefinisikan apa makna peradaban itu sendiri. Dari segi manusia, peradabaan adalah di mana pemikiran-pemikiran manusia berkembang dan menciptakan perubahan baru di suatu era dan ke era selanjutnya.
 Mulai dari zaman ketika manusia menggunakan batu tajam untuk berburu kemudian masuk ke era di mana manusia mulai berbudaya bercocok tanam untuk hidup hingga segala kecanggihan teknologi jaman sekarang di mana manusia bisa mendapatkan pemasukan hanya dengan duduk di depan layar komputer. Dan dari segi non-manusia, atau lingkungan, terjadi perubahan-perubahan signifikan di lingkungan karena buah dari pemikiran dan ide-ide manusia yang merubah segalanya sehingga berdampak ke lingkungan. Pemanasan global, perubahan iklim, kenaikan permukaan air laut menjadi fenomena lingkungan yang merupakan buah dari apa yang telah diperbuat manusia karena perkembangannya itu.  Inilah peradaban.
            Dunia Islam juga tak kalah berperan dalam peradabaan di dunia ini. Tokoh-tokoh Islam seperti Ibnu Sina dan lainnya itu cukup membuktikan bahwa orang Islam mampu berpikir inovatif untuk merubah keadaan di lingkungan sekitarnya menuju hidup yang lebih baik. Tentunya supaya bermanfaat untuk sesama manusia karena telah diajarkan bahwa sebaik-baiknya manusia ialah manusia yang bermanfaat bagi sesamanya. Kita telah diajarkan untuk bermanfaat bagi sesama. Hal ini mengingatkan kita akan salah satu konsep dalam intisari peradaban Islam yang menyebutkan tentang tauhid sebagai pandangan dunia. Pada dasarnya dan secara harfiah tauhid adalah tentang keesaan, namun dalam konsep ini tauhid menjadi lebih dalam dan luas lagi pemahamannya. Dalam konsep ini dijelaskan bahwa tauhid adalah pandangan umum tentang realitas, kebenaran, dunia, ruang dan waktu yang mencakup beberapa prinsip seperti dualitas, ideasionalitas, teleologi dan lain lain.
            Dalam konsep peradabaan menurut pemikiran yang saya jelaskan di awal, dapat kita simpulkan bahwa realitas, kebenaran, dunia, ruang dan waktu menjadi unsur-unsur atau sarana yang memicu perkembangan pemikiran manusia untuk membentuk suatu peradabaan dari pemikiran-pemikiran yang telah termanifestasi. Manusia adalah kekuatan pemahaman karena memiliki berbagai fungsi dalam organ-organnya sebagai pemicu imajinasi, memori, intuisi, observasi dan lain lainnya. Karena fungsi-fungsi dan kekuatan dalam manusia inilah manusia dianugerahi untuk memahami kehendak Tuhan, dalam hal ini bisa dikatakan ketika kehendak Tuhan diungkapkan dalam firman maka akan ada pemahaman dari manusia dan melaksanakan anjuran dari kehendak Tuhan dalam firman itu.
            Dalam peradabaan, manusia tidak hanya berhasil mengubah dirinya sendiri karena perkembangan progresif pemikiran dan ide-ide teraplikasinya, tapi manusia juga dalam peradaban harus mampu mengubah tak hanya dirinya, tapi juga masyarakat, alam, atau lingkungannya. Tapi dalam hal ini, dalam hal mengubah ini tentunya haruslah ada batasan-batasan seperti yang telah dijelaskan bahwa tindakan manusia tidak akan mendekati atau menyerupai tindakan atau kehendak Tuhan.
            Batasan-batasan inilah yang membuat kita mungkin berpikir apa sebenarnya yang mampu membentuk peradaban Islam. Kesatuan. Tidak akan tercipta peradaban tanpa adanya kesatuan. Jika unsur-unsur peradabaan yang telah saya sebutkan tadi tidak bersinergi secara selaras maka bukan peradaban yang akan timbul melainkan kerancuan atau kecampuradukan ide-ide dan gagasan-gagasan yang nantinya akan menimbulkan friksi dan konflik. Dalam kehidupan, umat Islam melaksanakan apa yang telah diajarkan dalam agamanya. Dalam hal ini terkadang membuat manusia berpikir terlalu ketat dan susah untuk menerima unsur-unsur perbedaan yang menurut mereka tidak sesuai dan membuat mereka dalam posisi kontra karena menilai unsur-unsur ini kontradiktif.
            Secara logika, tidak ada peradabaan yang tidak mengambil dari unsur luar. Namun, yang terjadi akhir-akhir ini adalah kebanyakan menyalahartikan istilah “mengambil dari unsur luar” terlalu berbau negatif. Manusia dalam peradaban akan bertahan dan terus melakukan kemajuan jika mampu menyaring unsur-unsur luar yang masuk. Fenomena yang terjadi seperti revolusi di negara-negara timur tengah itu salah satu bentuk pemikiran manusia di sana untuk mencari kehidupan yang lebih baik dan tidak lagi terkekang di bawah rezim diktatorian. Ini juga salah satu bentuk efek peradabaan yang memicu manusia untuk berpikir dan berkembang dan merespon segala hal yang terjadi di lingkungannya. Berani merubah ketika lingkungan tak lagi sesuai bagi mereka.
            Inilah suatu bentuk rasionalisme ketika ada suatu pemikiran yang bertentangan maka secara otomatis manusia akan bertindak bahkan akan bertindak represif. Saya ambil contoh fenomena antipluralisme di mana masih banyak terjadi tindak nontoleransi terhadap hal-hal yang dari suatu sisi dianggap berbeda dan tidak mau menerima itu. Contoh nyata adalah konflik yang terjadi di Myanmar seperti etnis Rohingya atau yang terjadi di Poso dan Madura di mana teradapat konflik antar agama dan konflik sektarian. Ini salah satu contoh tindakan antipluralisme karena sulit menerima unsur berbeda dari kelompok manusia lain. Masih banyaknya perseteruan dan saling ejek antar agama di masyarakat Indonesia telah menunjukkan pluralisme bangsa yang masih memperihatinkan meskipun negeri ini menjunjung tinggi kebhinnekaan. Inilah antitesis dari peradabaan di mana kurangnya persatuan terjadi dan kurangnya pemahaman antar manusia yang diciptakan berbeda oleh Tuhan.
            Dari artikel ini, saya berharap dengan mengaitkan konsep peradaban, tauhid dan fenomena antipluralisme yang terjadi di Indonesia khususnya, bisa membawa kehidupan yang lebih damai lagi. Diharapkan tidak akan ada lagi konflik represif antar agama atau sekte. Kita perlu mentolerir perbedaan karena disitulah lahir sifat pluralisme. Kita perlu melakukan pembenahan dalam hal pemahaman masyarakat Indonesia tentang perbedaan. Mengembalikan lagi semangat Bhinneka Tunggal Ika. Integritas perlu diciptakan untuk menyongsong peradaban di dunia ini dengan dasar-dasar ilmu tauhid yang tidak terlupakan namun tidak disalahartikan. Karena tidak akan timbul peradaban tanpa kesatuan dan filterisasi unsur luar dan sikap plural dan toleransi antar masyarakat  di Indonesia.

Tuesday, January 1, 2013

Mengejar Pesawat di Minneapolis


Sudah baca artikel saya yang berjudul "Pesawat Terbang"?.Di situ menceritakan kisah hidup saya ketika kecil sangat senang ketika melihat pesawat melintas di atas langit kampung saya. Berandai-andai kapan bisa menaiki burung besi itu. Kemudian di artikel itu juga menceritakan bagaimana senangnya ketika saya naik pesawat terbang untuk pertama kalinya ke Amerika Serikat. Di artikel kali ini saya akan menceritakan pula pengalaman yang juga tentang pesawat terbang.

Ternyata di cerita kali ini saya mengungkapkan apa sih sebenarnya hal yang seru ketika naik pesawat terbang selain kita bisa memandang daratan dari jendela pesawat. Mungkin untuk beberapa anak orang kaya naik pesawat terbang untuk liburan ke luar negeri menjadi hal yang biasa karena sering dilakukan. Bagi saya, naik pesawat terbang mempunyai kesenangan tersendiri karena saya tidak sering melakukannya dan setiap berkesempatan naik pesawat terbang pasti akan timbul perasaan senang dan tak mau melewatkan momen ini. Bulan November 2010, di Portland, Oregon, Amerika Serikat (bulan ketiga saya di amerika) saya melaksanakan amanah untuk melakukan presentasi tentang Indonesia di tiga kelas di sekolah saya (Woodrow Wilson High  School). Setelah 3 presentasi sukses saya laksanakan dengan cara unik saya (kalo ngga salah ada artikelnya atau kalau belum akan saya tulis pengalaman presentasi saya) mengirimkan cuplikan video ketika saya presentasi dan sebuah essay tentang presentasi saya ke organisasi yang menaungi saya setahun di sana; CIEE (Council on International Exchange Education) karena mereka mengadakan kompetisi untuk essay/report terbaik presentasi tentang negara masing-masing dan pemenang berhak mendapatkan trip ke Walt Disney World di Orlando, Florida untuk menghadiri konferensi interfaith selama 5 hari di sana. SIAPA YANG NGGA PENGEN COBA? :p dengan sekali enter email dengan attachment ms. word essay,video, dan slide show power point presentasi saya saya kirim ke CIEE.

Bulan Desember saya berkesempatan ke Disneyland di Anaheim, California (sekitar satu jam dari Los Angeles + macetnya) tapi tidak dengan pesawat tapi dua hari perjalanan darat menggunakan mobil dengan keluarga asuh saya. Kami tiga hari di Disneyland sekaligus merayakan tahun baru 2011 di sana dan sepertinya sudah saya tulis cerita ini atau kalau belum akan saya tulis :p. Sepulang dari liburan winter break di Anaheim saya mendapat email dari CIEE dan disitu dituliskan pengumuman pemenang trip ke Disney World, Orlando. Setelah saya scroll ke bawah hingga ada 4 nama pemenang tercantum di situ. Syukur alhamdulillah ada nama saya di antara 4 nama di email itu. 1. Radiv Muhammad Aflah Annaba, Indonesia, 2. Gala Patenkovic, Serbia, 3. Untari Febrian Ramadhani, Indonesia, 4. Tamuna Jiqia, Georgia. Alhamdulillah saya dan Untari dari Indonesia mewakili delegasi CIEE untuk konferensi itu.

Di email itu juga dilampirkan tiket pesawat pulang-pergi yang tinggal dicetak. Senang sekali akhirnya bisa naik pesawat lagi dengan tanpa biaya sepeserpun dan untuk merepresentasikan Indonesia di konferensi internasional yang akan dihadiri pemuda-pemudai berprestasi yang juga memenangkan ini dari beberapa penjuru dunia. Di rencana keberangkatan di tiket tersebut saya akan menaiki pesawat Delta Airlines dari badara Portland (kota saya) menuju Minneapolis,  Minnesota untuk transit dan akan dilanjutkan menuju bandara Orlando, Florida. Tibalah saat yang dinanti-nanti di hari-H. pada 2 Februari 2011 saya berangkat seorang diri diantar bapak asuh ke bandara Portland dan kemudian seoarang diri melewati petugas security check dan menuju gate Delta airlines berada. Setelah boarding pass saya mencari posisi kursi saya.Waktu itu saya tidak tau kalau nomor kursi yang diikuti abjad C seharusnya duduk di isle atau dipinggir bukan dekat jendela tapi waktu itu saya duduk di seat dekat jendela karena saya pikir nomor yang diikuti C itu diujung dan sebelah jendela :p. Setelah itu seorang ibu-ibu duduk disebelah saya dan pesawat mulai take off. Ibu-ibu itu bilang "what a beautiful scenery out there" sambil melihat ke arah jendela saya. Setelah sekian lama saya sadar kalau itu seharusnya kursi ibu itu dan maksud kata-kata itu adalah menyindir anak muda 18 tahun asal Indonesia yang kegirangan naik pesawat gratis :p

 Daratan itu begitu putih..Oh itu hamparan daratan yang tertutup salju dan pesawat sudah melintas di atas daratan negara bagian Minnesota. Saya semakin bersemangat melihat ke luar dari jendela. Melihat daratan putih terhampar indah dan garis-garis kecil yang merupakan jalanan bagaikan melihat seisi peta atlas yang dulu biasa aku bolak-balik halamannya dan kini aku melihat gambaran nyata di atas pesawat yang membawaku ke Orlando ini. Setelah pesawat mendarat dan penumpang dipersilahkan bersiap untuk beralih ke pesawat berikutnya saya bergegas sekalian untuk merasakan sensasi bandara Minneapolis dan berencana membeli suvenir biar bisa dikata saya pernah di Minnesota :p. Tapi kemudian saya sadar ketika saya melihat tiket sekaligus melihat jam di handphone yang sudah menyesuaikan dengan zona waktu di Minneapolis, saya hampir ketinggalan pesawat untuk boarding!! Bandara ini bukan bandara kecil. Saya kebingunngan karena pesawat lanjutan ke Orlando akan segera berangkat dan saya baru turun dan sempat-sempatnya berniat mau beli suvenir. Setelah saya bertanya ke petugas di bandara, dengan senang hati dia menunjukkan gate untuk penerbangan ke Orlando dan itu jauh sekali! apa boleh buat akhirnnya saya berlali terbirit-birit seperti balita yang kebelet pipis ngga nemu toilet. Ketika belari saya masih sempat-sempatnya melirik jaket hoody bertuliskan Minnesota. Forget it! You're being late, Radiv! teruslah saya berlari dan berharap cemas apakah pesawat sudah berangkat apa belum..

to be continued :p




Friday, December 21, 2012

Hujan di Seattle

mungkin ada yang bilang ini terlalu telat untuk diceritakan karena ini pengalaman saya di bulan Mei 2011 yang lalu. But i guess its never too let to tell a good story right? Sebelum berangkat ke USA, saya tahu Seattle itu berhubungan dengan pesawat terbang. Sebelumnya juga saya kira Seattle itu ada di Amerika Serikat bagian selatan. Ternyata, Seattle cuma 3 jam dari kota saya, Portland yang ada di Northwest US (Barat Laut).

Pacific Northwest, begitu orang amerika menyebut daerah kami. Berkunjng ke Seattle merupakan salah satu hal yang paling saya idamkan. Kebetulan, waktu itu grup anak-anak pertukaran pelajar di daerah Portland sedang mengadakan trip ke sana 2 hari saja.Dua hari itu sangat berkesan karena saya begitu jatuh cinta dengan suasana kota Seattle yang saya anggap sebagai kakak kota Portland karena memiliki downtown yang lebih besar dan skyscrappers yang lebih banyak. Kami menginap di hotel di pinggiran Seattle setelah sampai di sana dengan guyuran hujan lumayan deras saat itu. Petualangan di Seattle kami mulai keesokan harinya. Mengunjungi pasar tradisional, menaiki monorel, makan burger raksasa di Hard Rock Cafe, berkunjung ke landmark populer di Seattle seperti Space Needle (menara tinggi futuristik) museum rock and roll dan berkeliling kota Seattle menggunakan kendaraan unik yang bisa untuk darat dan perairan bernama "Duck Boat".

Petualangan tak hanya sampai di situ. Kami juga diajak untuk menyaksikan pertandingan baseball dan kebetulan yang sedang bertanding adalah tuan rumah Seattle Mariners melawan tim baseball populer amerika, New York Yankees dengan bintangnya Alex Rodriguez dan Derek Jeter. Dua nama populer ini setahun lalu aku ketahui di buku pintar dan kini aku menyaksikan mereka langsung.

Inilah general stori petualangan saya di Seattle. akan segera hadir cerita-cerita berikutnya :)
  
Ini dia Duck Boat. Mobil ini bisa beroperasi di darat dan perairan !
Rombongan kami dari grup exchange students dari Portland (saya di barisan depan pertama dari kiri) 
Seattle :)
Farmer Market di Seattle. Lagi rame plus ada jam gede :0

di dinding sebelum masuk ke cafe nya. bersama Adriana (Spanyol) dan Debora (Jerman)

Kapan lagi ???? hehe itu gede banget
burger porsi kuli sukses saya habiskan :)

Adriana Lopez Lopez. dasar Madridista :p

Swaggg

foto menara Space Needle diambil saat saya berada di monorel

kucaaaaaw Space Needle!

Gue ga bohong. bisa di darat dan laut kan?

di atas duck boat pemandangan kota Seattle dari danau

museum rock n roll

Stadion Baseball the Mariners!

Keren kan?

Adriana liat apa? :0

tuh bintangnya New York Yankees, Derek Jeter

Derek Jeter lagi mukul

Topi yang dipake Adriana itu topi guee.haha

pertandingan baseball pun sampe malam dari jam 7-12 malam. dan ga bosen!

Wednesday, October 31, 2012

Pesantren Bukan Lagi Sebuah Bengkel


Thesis : peran pesantren dalam membangun kualitas pendidikan pada anak serta keunggulan pesantren dibandingkan dengan sekolah umum / formal
Bab I
Pendahuluan
            Pada zaman dahulu pada saat lembaga-lembaga pendidikan mulai muncul di dunia Islam, masjid merupakan tempat asal mula pendidikan dilaksanakan dan ditransferkan. Kemudian berkembang pada munculnya maktab atau bisa disebut juga dengan adanya tempat-tempat khsus untuk menuntut ilmu pada zaman itu. Semua ini didasarkan perintah Allah serta himbauan Nabi Muhammad  SAW tentang pentingnya membaca dan menuntut ilmu. Dari sejarah lembaga pendidikan dari era Islam terdahulu, terjadi turun-temurun tradisi menuntut ilmu di masjid dan di maktab atau tempat-tempat khusus untuk menuntut ilmu hingga sekarang. Contoh lembaga pendidikan yang merupakan hasil turun-temurun lembaga pendidikan era Islam terdahulu adalah Pesantren. Pesantren, atau biasa juga disebut dengan pondok pesantren (ponpes) adalah suatu lembaga pendidikan Islam yang mengajarkan nilai-nilai pada Al Quran dan Hadits. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah pesantren yang besar dan ini menjadi salah satu keunikan dan salah satu ciri khas yang membedakan antar lembaga-lembaga pendidikan di  Indonesia. Dari era ke era jumlah lembaga pendidikan pesantren ini kian banyak karena selain karena jumlah populasi warga mayoritas Islam di Indonesia kian meningkat, juga karena perkembangan zaman yang begitu cepat sehingga banyak orang tua yang memilih untuk menyekolahkan anaknya di pesantren.
            Namun, persepsi masyarakat akan pesantren akhir-akhir ini sering mengalami kesalahpahaman dan cenderung mengidentikkan pesantren dengan “bengkel”.Bengkel adalah suatu tempat untuk memperbaiki motor / mobil yang sedang rusak sehingga bisa berfungsi dengan baik seperti semula. Kebanyakan masyarakat di Indonesia mengidentikkan pesantren dengan bengkel karena mereka menganggap di pesantren lah tempat anak-anak nakal berada, anak-anak nakal yang dimasukkan ke pesantren supaya bisa mengurangi atau menghilangkan kenakalannya. Jadi dari sini timbul persepsi negatif tentang pesantren karena dianggap sebagai bengkel bagi anak-anak nakal dan orang tua menginginkan pesantren untuk memperbaiki disorientasi moral yang terjadi pada anaknya tersebut. Dan di artikel tiga halaman ini saya akan memberikan analisa saya tentang pesantren dan membuktikan bahwa Pesantren bukan “Bengkel” seperti apa yang ada di perspektif masyrakat saat ini. Saya juga akan menjelaskan bagaimana peran pesantren ini dalam meningkatkan kualitas keilmuan siswa serta keunggulannya dibandingkan dengan sekolah umum / formal.

Hal-hal yang Membedakan Pesantren Dengan Lembaga Pendidikan  Umum / Sekolah Formal
            Hal-hal utama yang membedakan pesantren dengan sekolah umum / formal adalah pada substansi pembelajaran yang menekankan dan bersumber dari pelajaran-pelajaran agama Islam. Hal ini memang ada di kuikulum sekolah umum / formal tentang pelajaran agama Islam, tapi tidak seintensif di pesantren. Contohnya, di pesantren, siswa akan belajar lebih banyak pelajaran-pelajaran agama seperti ilmu fiqh, akhlak, hadis, tauhid dan lain sebagainya. Di sekolah umum / formal, siswa hanya mendapatkan pelajaran agama secara garis besar dan tidak intensif seperti yang ada di pesantren. Sehingga dapat disimpulkan bahwa poin mendasar yang membedakan pesantren dengan sekolah umum / formal adalah pada substansi pelajaran-pelajaran agama yang diajarkan kepada siswanya.
            Lebih lanjut tentang apa yang membedakan pesantren dengan lembaga pendidikan umum / sekolah formal ialah pada sistem pembelajarannya. Karena pesantren merupakan tradisi turun menurun dari lembaga pendidikan era Islam terdahulu, jadi di pesantren masih ada kegiatan belajar mengajar yang berpusat di Masjid atau dengan siswanya mendapatkan ilmu dari gurunya dengan belajar di serambi masjid. Jadi ini juga menjadi poin yang membedakan pesantren dengan lembaga pendidikan umum / sekolah formal. Selain itu, di pesantren juga siswa tidak tinggal bersama orang tua karena siswa tinggal di lingkungan pesantren seperti di asrama-asrama dan belajar hidup mandiri. Berbeda dengan sekolah umum / formal di mana siswa masih tinggal bersama orang tua dan tidak tinggal di asrama-asrama seperti para siswa di pesantren. Sebelumnya, pesantren memang lebih menekankan pada pembelajaran pelajaran-pelajaran agama seperti beberapa contoh yang saya sebutkan tadi. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, kini muncul pesantren-pesantren modern yang memiliki kurikulum yang ada di sekolah umum / formal. Sehingga pesantren modern ini memiliki keunggulan karena siswa disamping belajar intensif tentang pelajaran-pelajaran agama, mereka juga mempelajari apa yang siswa di sekolah umum / formal seperti matematika, sains, bahasa, dan lain sebagainya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pondok pesantren modern muncul untuk menjawab tantangan era baru atau era modern yang menuntut siswa untuk lebih paham mengenai hal-hal baru di luar sana dengan mengajarkan para siswanya pelajaran-pelajaran yang ada di sekolah umum / formal. Selain itu, di pesantren modern yang juga memiliki kurikulum di sekolah formal / umum, siswa juga akan mendapatkan ijazah yang sama dengan apa yang didapatkan siswa di sekolah umum karena memang sudah diakui. Beberapa pesantren memang tidak mengeluarkan ijazah, tapi siswanya tetap bisa mendapatkan ijazah itu dengan program ujian penyetaraan. Dari sini perlahan-lahan kita bisa tahu apa sebenarnya keunggulan dari pesantren ini disbanding dengan sekolah umum / formal.
Apa manfaatnya jika kita memasukkan anak kita ke Pesantren?
            Seperti apa yang saya jelaskan di awal artikel ini, pesantren memberikan pembelajaran intensif tentang pelajaran-pelajaran agama yang tidak akan didapat secara intensif di sekolah umum / formal. Pesantren bukan lagi bengkel atau tempat untuk memperbaiki kenakalan anak melainkan di sini pesantren adalah tempat untuk anak menempa diri, berprestasi dan belajar mandiri karena jauh dari orang tua. Pesantren saat ini memiliki objektif untuk mempersiapkan generasi yang akan datang yang lebih siap menghadapi tantangan-tantangan yang kian berat di masa depan. Tantangan-tantangan ini tidak hanya tantangan intelektual tetapi juga tantangan dalam menghadapi krisis moral serta mencegah anak terjerembab dalam ketidakpahaman tentang agama Islam yang dianutnya.
            Karena di pesantren siswa lebih intensif mempelajari agama, siswa lebih siap dalam mempersiapkan hidupnya dengan modal-modal dasar agama yang kuat. Dibandingkan dengan anak yang sekolah di lembaga pendidikan umum / formal. Mereka bahkan masih banyak yang tidak memahami agama dan kesulitan untuk mempersiapkan diri mereka dengan modal agama yang kuat. Jadi manfaat utama menyekolahkan anak kita di pesantren adalah anak akan mendapat dasar agama yang kuat untuk mempersiapkan diri mereka di masa yang akan datang dengan modal pengetahuan agama yang kuat.
            Siapa bilang pesantren kalah dengan sekolah umum / formal dalam hal prestasi akademik? Tentu saja tidak. Siswa dari pesantren mampu bersaing dengan anak-anak dari sekolah formal dalam kompetisi kompetisi sains atau yang lainnya. Di pesantren siswa masih bisa berprestasi dan juga hal ini karena mereka juga belajar pelajaran formal dan diajar oleh pengajar-pengajar yang kompeten seperti di sekolah formal sehingga siswa dari pesantren mampu bersaing dan berprestasi. Tidak kalah dengan mereka yang ada di sekolah formal.
            Kesimpulan yang bisa diambil dari artikel ini adalah, pesantren bukan lagi berperan sebagai bengkel karena ternyata banyak keunggulan-keunggulan pesantren yang bisa membuat anak-anak kita menjadi generasi yang lebih siap menghadapi tantangan era modern dan era globalisasi ini dengan modal agama yang kuat, dan juga modal intelektual yang mumpuni.